Haruno dan Bugyamu Part 17

Sesampainya di sekolah, Haruno meletakkan sepeda ontelnya di tempat parkir. Dia berjalan menuju ruangan karate. Dia menarik nafas panjang saat memegang gagang pintu. Lalu dia memberanikan diri untuk membukanya. Namun ternyata pintunya terkunci.

“Bugyamu-chan?” Haruno tidak merasa asing dengan suara tersebut. Dia segera berbalik. Tebakannya benar, rupanya Shou yang memanggilnya tadi. Shou tidak lagi mengenakan seragam karate. Dia sudah ganti dengan pakaian kasual. “Aku kira kamu tidak datang.”

“Maaf, kak Shou. Aku terlambat,” sesalnya. Shou tersenyum. Lalu dia mengambil jus kaleng di dalam tas ransel yang ia bawa. Shou menyerahkan jus kaleng itu pada Haruno.

“Suka jus mangga?” tanyanya. Haruno menerimanya dan tersenyum.

“Terima kasih, kak Shou,” katanya. Shou mengambil jus kaleng lagi di dalam tas ranselnya.

“Mau ke atap?” Shou mengajak Haruno kesana. Suasana di atas atap sangat sejuk. Mereka berdua dapat melihat pemandangan bawah dari atap.

Haruno menutup matanya, menikmati semilir angin yang berhembus. Shou tersenyum memandangnya. Entah apa yang dipikirkan oleh cowok itu. Shou kembali melihat pemandangan sambil meminum jus kalengnya.

“Aku sangat menyukai tempat ini. Seandainya saja pintu atap sekolahku tidak dikunci. Pasti akan lebih indah pemandangan disana.”

“Lho, bukannya disini sekolahmu?” Haruno tersadar dengan apa yang dikatakannya tadi. Dia menjadi agak kikuk.

“Emm.. maksudku sekolah kak Haruno. Dia.. bercerita kalau pintu di atap sekolahnya sengaja dikunci oleh pihak sekolah. Aku jadi penasaran dengan pemandangan disana,” katanya menggebu-gebu. Shou terkekeh melihat tingkah laku Haruno.

“Baru kali ini aku mendengar kamu bercerita tentang kakakmu,” ucap Shou sebelum meneguk jusnya kembali. Haruno juga meminum jus kalengnya.

“Mungkin karena aku memang tidak banyak bicara. Aku agak grogi kalau menceritakan tentang keluargaku pada orang lain.”

“Menurutku tidak begitu. Akhir-akhir ini kamu mulai membuka diri. Yang aku lihat sekarang seperti.. aah! Nishikawa Bugyamu yang baru,” Haruno tercenung mendengar perkataan Shou.

“Seandainya aku kembali menjadi diriku yang seperti dulu, apa kak Shou masih ingin berbicara denganku?” tanyanya lirih. Keduanya saling berpandangan. Haruno menunggu jawaban Shou.

Kemudian Shou tertawa. Dia merangkul pundak Haruno.

“Tentu saja! Aku sudah menganggapmu seperti adikku sendiri.”

Haruno merasakan dadanya sedikit berdebar ketika Shou merangkulnya. Tetapi dia langsung mengalihkan debaran itu. 

‘Tenang, Haruno! Kak Shou merangkul seorang Bugyamu. Bukan seorang Haruno!’ Shou melepaskan rangkulannya.

“Bugyamu seperti apapun yang aku kenal, aku tetap akan berbicara denganmu.”

“Syukurlah,” Haruno menarik nafas lega.
Shou mulai mengutarakan perasaannya


Sebelumnya dia khawatir jika Bugyamu kembali pada posisinya yang sebenarnya. Haruno takut jika pandangan Shou berubah dan tidak berbicara seakrab ini dengannya. Kemudian dia memandang Shou dengan lembut. 


“Terima kasih, kak Shou. Kamu memang benar-benar cowok yang baik.”

‘Seandainya kamu tahu, Bugyamu selalu menghormatimu,’ sambungnya dalam hati.

Shou tertawa lagi.

“Ahh, kamu terlalu berlebihan,” ujarnya merangkul Haruno lagi.

Haruno yang terkejut karena Shou merangkulnya secara tiba-tiba, wajahnya langsung menoleh. Shou berhenti tertawa saat menyadari Haruno yang memandang wajahnya dengan pipi memerah.

Keduanya saling menatap dalam waktu yang lama. Wajah mereka hanya berdekatan dalam beberapa senti. Shou tersadar dan melepaskan rangkulannya. Dia dan Haruno menjadi agak canggung. Mereka berdua meneguk jus kalengnya secara bersamaan. Lalu Haruno teringat sesuatu. Dia mencari sesuatu di dalam tas ranselnya.

“Ini saputangan kak Shou. Onee-chan berterima kasih pada kakak yang sudah meminjamkan saputangan ini,” Shou menerima saputangan itu.

“Tenang saja! saputangannya juga sudah dicuci kok,” mereka sama-sama tertawa kecil. “Hari sudah hampir malam. Aku pamit pulang dulu ya, kak.”

Shou menganggukkan kepala.

“Okay. Hati-hati di jalan ya,”

“Sampai jumpa, kak,” Haruno melambaikan tangannya. Dia berjalan meninggalkan Sho yang juga melambaikan tangannya. Dia menuruni tangga dengan hati-hati. Haruno mendengar Shou memanggilnya lagi. Tidak disangka, Shou ikut menyusulnya. “Ada apa, kak?”

“Aku.. ingin mengatakan sesuatu. Ah, tetapi aku tidak tahu harus mengatakan hal ini padamu atau tidak,” Haruno melihat sisi Shou yang lain dari biasanya. Cara bicaranya dan tingkah lakunya seperti oang yang gelisah. Haruno tersenyum.

“Aku akan menunggu.”

“Tidak. Aku tidak jadi mengatakannya. Gomene,” katanya kemudian.

“Baiklah, kalau begitu sampai jumpa minggu depan, kak Shou,” sebenarnya Haruno juga merasa penasaran. Tetapi dia tidak ingin memaksa Shou untuk mengatakannya.

Shou hanya terpaku ditempatnya. Baru saja Haruno turun beberapa langkah, Shou malah ikut turun dan menarik lengannya. Haruno terkejut dengan reaksi Shou. Haruno berbalik ke arah Shou.


“Tidak tahu kenapa akhir-akhir ini aku terus memikirkanmu. Ini bukan seperti seorang kakak yang memikirkan adiknya. Ini.. lebih seperti seseorang yang memikirkan orang yang menyukainya,” terang Shou sambil menunduk. Haruno merasa terkejut mendengarnya.

“Apa maksud, kakak?”

Shou mulai mengangkat wajahnya. Tangannya menutupi sebagian wajahnya yang mulai memerah.

“Semenjak kamu berubah, aku selalu memikirkanmu. Aku akui kalau aku bukan gay. Tetapi aku selalu merasakan debaran lain jika berada didekatmu. Aku sadar bahwa kamu seorang laki-laki. Tetapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri.”

Haruno membelalakkan kedua matanya. Dia mulai paham dengan apa yang dibicarakan oleh Shou. Cowok tinggi semampai itu memegang pundak Haruno. Jantung Haruno berdetak kencang. Kini Haruno tidak dapat menyingkirkan debarannya lagi setelah mendengar pengakuan Shou. Keduanya saling memandang.

“Bugyamu-chan, sepertinya aku.. menyukaimu.”




~To bE cOnTiNuEd

0 komentar: