Haruno dan Bugyamu Part 13

Seorang anak perempuan dengan kedua orang tuanya sedang bernyanyi bersama di dalam mobil. Mereka tampak seperti keluarga yang bahagia. Anak perempuan itu bernyanyi sambil memainkan bonekanya yang berukuran besar.

“Kayako sayang banget sama ayah dan ibu. Mako juga sayang kan sama aku, ayah, dan ibu?” tanyanya pada  boneka beruang yang dipeluknya. “Tentu saja! Mako sangat.. sangat sayang pada ayah, ibu, dan Kayako. Sayang sekali!” serunya dengan suara kecil sambil menggerakkan bonekanya ke kanan dan ke kiri.

“Kalau sayang, cium pipi ibu dong,” mendengar perkataan ibunya, anak perempuan itu mencium pipi ibunya. “Eh, kenapa malah Kayako yang mencium pipi ibu?”

“Karena aku lebih sayang ibu melebihi rasa sayang Mako kepada ibu.”

Kayako dan Bugyamu semakin dekat
Ibunya tersenyum sambil mencubit pipi anaknya dengan gemas. Lalu anak perempuan itu menggerakkan bonekanya untuk mencium di pipi ibunya.

“Mako sayang juga dengan ibu dan ayah!” serunya dengan mengecilkan suaranya, seolah-olah boneka itu yang berbicara. Dia menggerakkan bonekanya ke arah pipi ayahnya.

Namun karena melewati polisi tidur, boneka besar yang dipegangnya terjatuh di depan ayahnya. Ayahnya masih menyetir dengan kecepatan tinggi. Beliau masih sempat menyingkirkan boneka di depannya dan memberikan boneka itu pada anaknya.

“Ayah, awas..!!!” ibunya berteriak saat melihat  mobilnya berada di arah yang berlawanan.

Terdapat mobil di depannya yang membunyikan bel di mobilnya. Sontak sang ayah terkejut dan tanpa sadar segera memutar setir untuk menghindar. Mobilnya menabrak di pembatas jalan dan terperosok disana. Anak perempuan di dalam mobil tersebut terbangun. Dia merasakan sakit di kepalanya. Dia memegang kepalanya yang mulai mengucurkan darah. Dia tidak mempedulikan darah dari kepalanya. Yang dia pedulikan adalah ayah dan ibunya yang lebih parah darinya. Berbagai serpihan kaca dan darah segar mengucur deras di sekitar wajah ayah dan ibunya.

“Ayah.. ibu.. bangunlah!” si anak mulai menangis tersedu-sedu sambil mengguncang tubuh ayah dan ibunya. Namun kedua orang tuanya tidak terbangun sama sekali. Anak perempuan itu mulai menjerit. 

 “AYAH! IBU! JANGAN TINGGALKAN AKU!!!”

Kayako terbangun dari tidurnya. Dia merasakan jantungnya berdetak lebih cepat. Lalu dia mengambil air mineral di gelas yang berada di atas meja sebelah tempat tidurnya. Dia meminum air tersebut sampai habis. Di tengah remang-remang kegelapan,  dia menyadari seseorang yang berdiri di depan jendela kamar. Kayako berjalan mendekatinya. Tampaknya orang tersebut menyadari keberadaan Kayako. Orang tersebut berbalik dan berusaha melihat sosok Kayako lebih jelas.

“Kak Kayako?” panggilnya. Kayako menyadari bahwa orang yang berada dihadapannya adalah Bugyamu. “Maaf karena aku sudah mengganggu tidurmu.”

“Enggak kok, Bugyamu. Aku hanya terjaga dari tidurku. Mimpi buruk yang telah membangunkanku.”

“Mimpi buruk?” ulang Bugyamu. Kayako menganggukkan kepala.

“Kamu ngapain? Malam-malam begini kok masih bangun?”

“Iya, kak. Aku masih bimbang. Aku berencana untuk kembali ke rumah besok pagi. Tetapi aku tidak tahu apakah keputusanku ini benar atau tidak. Aku benar-benar merasa kepikiran.”

“Lho, kenapa kamu memutuskan untuk pulang? Bukankah masih satu minggu lagi kalian berencana untuk bertukar peran?”

Bugyamu menghela nafas panjang.

“Kak Uno yang menjadi alasan aku pulang ke rumah besok.”

“Apa kalian sedang bertengkar?” Bugyamu menggelengkan kepalanya.

“Bisa iya, bisa tidak. Kak Uno membuat teman-temanku menjauhiku. Awalnya aku kira one-chan akan membuat sesuatu yang luar biasa dengan bertukar peran menjadi diriku. Aku sudah terlena terlalu jauh. Sekarang aku merasa konyol karena sudah bertukar peran dengan ide gila darinya. Dia hanya mengucapkan kata maaf padaku.”

Bugyamu dan Kayako sama-sama terdiam memandang langit malam.

Lalu Kayako menoleh ke arahnya, “Aku yakin jika Haruno akan melakukan sesuatu untuk memperbaikinya. Dia pasti juga menyesal karena sudah merusak hubunganmu dengan teman-temanmu.”

“Kakak yakin kalau kak Uno juga merasa bersalah?”

“Tentu saja! Haruno yang aku kenal pasti akan segera menemukan solusinya. Mana ada saudara kandung yang sangat senang melihat retaknya suatu hubungan saudaranya dengan teman-temannya? Justru dia akan merasa bersedih karena tidak sengaja melakukan hal itu. Dia memberitahumu tentang hal ini juga karena dia merasa bersalah kepadamu dan meminta bantuanmu untuk membantunya menemukan jalan keluar.”

Bugyamu merasakan jalan pikirannya terbuka sedikit demi sedikit. Dia tidak merasakan kebuntuan di dalam hatinya lagi. Bugyamu menyadari bagaimana kakaknya sangat menyayanginya selama ini. Seandainya kakaknya sangat senang menghancurkan hubungannya dengan teman-temannya, maka tidak mungkin kalau kakaknya memberitahunya dengan suara yang terputus-putus. Hal itu membuatnya sadar bahwa kakaknya sangat mempedulikannya. Bugyamu menoleh ke arah Kayako.

“Kak Kayako,” panggilnya. Kayako juga menoleh. “Apa boleh besok aku meminjam hape kakak untuk menghubungi kakakku. Aku ingin meminta maaf padanya.”

“Tentu saja! Aku merasa senang karena Bugyamu-chan bersikap lebih dewasa daripada sebelumnya,” ucapnya sambil menepuk-nepuk punggung Bugyamu. “Aku rasa jika umurmu lebih tua dariku, mungkin aku akan jatuh cinta  kepadamu,” candanya. Bugyamu tersenyum mendengarnya. Dia menyenggol pundak Kayako.

“Seandainya kak Kayako lebih muda dariku, mungkin aku juga akan jatuh cinta padamu. Kakak benar-benar tipeku,” katanya. Mereka saling memandang sesaat. Lalu tertawa secara bersamaan



~To bE cOnTiNuEd

0 komentar: