Haruno dan Bugyamu Season II (Love Begin!) Eps. 8


Hasil gambar untuk cowok anime jahat
HARUGA SADAO


Para siswi Sekolah Asrama putri Kachinoka yang mengikuti ekstrakurikuler karate sedang berlatih di Gedung olah raga bersama dengan Yamada Shou, pelatih kami. Sebelum dan sesudah latihan, mereka diajarkan untuk membiasakan diri mengucapkan sumpah karate. Kak Shou mengatakan bahwa hal sumpah karate sudah menjadi suatu tradisi.
“Terdapat banyak makna yang terkandung di dalamnya. Seorang karateka harus sanggup memelihara kepribadian, menjaga sopan santun, mampu menguasai diri, patuh pada kejujuran, dan mempertinggi prestasi,” jelasnya.

Alba mengangkat tangannya.
“Ya?”
“Apakah sabuk karate yang berwarna-warni itu juga terdapat makna di dalamnya, kak?” tanya Alba dengan ekspresi serius. Kak Shou menganggukkan kepalanya.
“Betul sekali. Kita dapat membedakan peringkat atribut berdasarkan warna pada sabuk karate. Warna putih yang kalian kenakan termasuk peringkat dasar yang melambangkan kemurnian dan kesucian. Lalu ada sabuk kuning yang melambangkan matahari dimana karateka telah memahami semangat karate. Sabuk hijau melambangkan warna rumput dan pepohonan yang artinya karateka sudah harus bisa menggali dan semakin memahami karate dengan menunjukkan jiwa semangat serta teknik Gerakan yang ia tunjukkan. Sabuk biru melambangkan samudera dan langit yang artinya karateka sudah bisa berpikir bahwa terdapat manfaat dalam latihan yang ia jalani selama ini. Sabuk cokelat melambangkan tanah yang artinya seorang karateka sudah harus bisa memiliki kestabilan sikap dan bersifat melindungi para juniornya. Terakhir, Sabuk hitam melambangkan keteguhan dan sikap Percaya diri yang didasarkan pada nilai kebaikan secara luas.”

Baik Alba maupun siswi lainnya melihat kak Shou dengan tatapan berbinar. Bisa dilihat betapa mereka mengagumi pelatih karate itu. ‘Kalau diingat-ingat lagi, kak Shou sama sekali tidak menyadari bahwa akulah yang bersama kak Shou pada hari itu. Iya, hari dimana aku menjalani hari-hari menjadi Bugyamu. Hari dimana kak Shou menyatakan perasaannya padaku dalam wujud laki-laki.Gyaaa… memalukan sekali diriku ini!’ Haruno sibuk memikirkan dirinya sendiri.

‘Sebelum latihan dimulai, kak Shou mengira kalau aku mengetahui semua tentangnya melalui Bugyamu. Aku pun hanya membalasnya dengan senyum tanpa berkata-kata. Aaargh!!! Mengingat hal itu kembali membuat pikiranku semakin kacau!!!’ Haruno memelototkan matanya ke arah Shou. Karena merasa dilihat dengan tajam, Shou langsung melihat ke arahnya secepat mata elang. Mereka saling berpandangan. Haruno merasa salah tingkah. Dia segera menunduk dan terbatuk-batuk.

‘Aku harus kembali menata pikiranku sebaik mungkin. Tarik nafas.. hembuskan.’ Matanya mengarah kembali kepada kak Shou.
“Baiklah. Karena sudah tidak ada yang bertanya lagi, mari kita mulai latihan peregangan tubuh selama lima belas menit.”
***
“Haruga Sadao,” Bugyamu menyapa seorang pemuda yang berjalan di depannya. Langkah pemuda itu terhenti. Ia tersenyum sebelum membalikkan tubuhnya di hadapan Bugyamu. Keduanya saling menatap dengan tatapan tajam.
“Oh, hai. Sudah lama tidak berjumpa, Nishikawa Bugyamu. Masih terlibat skandal?” sindirnya. Bugyamu berusaha menahan amarahnya. Lantas ia tersenyum kecil.
“Bagaimana denganmu? Masih bernama Haruka? Atau Haruga? Aku bingung dengan identitasmu.”

Pemuda bernama Haruga Sadao itu menggeretakkan giginya.
“Setidaknya aku tidak pernah memakai baju perempuan tahu!”
“Jaga bicaramu!” Bugyamu sudah tidak tahan ingin menghantam pemuda itu. Namun mengingat hukuman yang sedang ia jalani, ia menurunkan tangannya kembali. “Aku menemuimu untuk berbicara baik-baik.”
“Boleh.”
“Apa kamu yang menyuruh Airin-chan berbohong?”
“Tidak,” jawabnya mantap. Bugyamu menyipitkan kedua matanya. Ia sama sekali tidak bisa mempercayai kata-kata Haruga. Walaupun Haruga berkata tidak, namun kelopak mata kanannya cedutan. Dulu Bugyamu pernah berteman dekat dengan Haruga dan sepanjang ia mengenal Haruga, kelopak mata kanannya akan cedutan apabila ia sedang berbohong.
“Mata kananmu cedutan lagi, bodoh,” ucap Bugyamu menahan geli. Haruga menutup mata kanannya dengan kebingungan. Lantas ia menepuk Pundak Bugyamu.
“Aha! Aku ketahuan,” serunya sembari tertawa renyah. Bugyamu tidak habis piker bahwa ia bisa berbicara lagi dengan Haruga seperti dulu. Sudah lama Bugyamu tidak berbicara santai dengannya. “Kalau tidak ada yang perlu dibicarakan..,”
“Jangan bilang kalau kamu juga yang menyebarkan skandal bodohku itu ya, hahaha,” Bugyamu mencoba untuk bercanda dengan Haruga. Ia berniat untuk berbaikan kembali pula dengannya. Haruga juga tertawa dengan Bugyamu. Namun kesenangan itu hanya sesaat. Karena Bugyamu menemukan kenyataan bahwa kelopak mata sebelah kanan Haruga cedutan kembali. Tawa Bugyamu langsung terhenti.
“SADAO, KAMU..??!!!!” Bugyamu menarik kerah seragam Haruga dengan kasar.
“Sekarang kamu tahu rasanya dipermalukan, bukan?” Haruga melepas tangan Bugyamu yang semula menarik kerahnya.
“Apa..?”
“Setidaknya kak Shou juga harus tahu dong,” ucapan sinis Haruga membuat Bugyamu melihatnya dengan wajah pucat. Haruga melambaikan tangannya di depan wajah Bugyamu sebelum pergi. “Sampai jumpa lagi, Nishikawa Bugyamu.”



TO BE CONTINUED

Haruno dan Bugyamu Season II (Love Begin!) Eps. 7



Haruno-chan


Kayako dan Haruno memasuki kamar asrama dengan tubuh letih. Mereka baru saja selesai mengambil nilai dalam permainan bola basket pada mata kuliah olah raga. Keduanya langsung merebahkan diri di atas tempat tidur masing-masing. Belum sampai melepas lelah, mereka dikejutkan dengan suara teriakan dari luar. Seseorang membuka pintu kamar.

“Gawat! Aku benar-benar lupa!” Alba berdiri di ambang pintu dengan nafas ngos-ngosan. Sepertinya tadi dia berlari kencang. “Haruno, gawat!!!”

Haruno menoleh dengan malas.

“Apanya yang gawat sih?”

Alba berusaha untuk mengatur pernafasannya secara teratur. Lantas dia mulai berbicara dengan fasih.

“Sebenarnya beberapa hari yang lalu, aku diminta untuk mengabarkanmu kalau ekstrakurikuler karate yang kamu usulkan kemarin itu telah disetujui!”

Haruno tersentak. Dia segera bangkit dari tidurnya.

“Ka- ka- karate??! Aku?!” serunya sembari menunjuk diri-sendiri.

Alba menggeleng dengan cepat.

“Ralat! Maksudku ekstrakurikuler karate yang kemarin diusulkan oleh Bugyamu.”
“Apa?! Duh! Bugyamu! Dia sudah gila ya?! Kenapa mengusulkan sesuatu yang aneh sih?!!”

Kayako juga ikut bangkit dari tidurnya.

“Aku yakin kalau sebenarnya Bugyamu tidak bermaksud mempersulitmu. Dia hanya..,”
“Dia hanya tidak berpikir panjang. Kalau sudah begini aku yang susah kan,” keluh Haruno.

Alba meminum air mineral yang baru ia tuang di dalam gelas.

“Lebih baik jangan menyalahkan Bugyamu dulu. Sekarang yang harus kita pikirkan adalah bagaimana caranya untuk membatalkan ekstrakurikuler itu,” Kayako menoleh ke arah Alba yang masih minum. “Alba, ekskul itu masih bisa dibatalkan, iya kan?”

Alba langsung terbatuk-batuk begitu mendengar pertanyaan Kayako. Dia menatap Haruno dengan perasaan bersalah.

“Kalau memutuskan hal itu beberapa hari yang lalu sih sepertinya masih bisa. Lebih baik lagi kalau belum ada keputusan dari Kepala Sekolah. Akan tetapi semuanya sudah terlanjur basah. Jadwal ekstrakurikuler karate sudah ditempel di papan mading. Tak kusangka, banyak para siswi yang mendaftar. Bahkan satu jam lagi kelas karate akan segera dimulai. Dan Kepala Sekolah memintamu untuk hadir sebagai ketua di ekskul itu.”

Haruno merasa kacau seakan-akan kepalanya hampir saja pecah.

“Maafkan aku ya, Haruno. Karena saking sibuknya, aku sampai lupa menyampaikan hal ini padamu. Padahal hal ini merupakan yang terpenting daripada yang lainnya. Seharusnya aku bisa menyampaikan perihal ini lebih awal,” kata Alba lagi.

Kayako ikut angkat bicara dengan wajah sedih, “Aku juga minta maaf. Seharusnya aku menceritakan lebih awal padamu. Akulah orang pertama yang mengetahui kalau Bugyamu mengusulkan ekstrakurikuler itu. Haruno, gomene.”

Haruno memandang kedua temannya secara bergantian. Dia tidak sampai hati memarahi Alba dan Kayako. Bagaimanapun juga dia tahu kalau masalah yang sedang ia hadapi bukan seratus persen kesalahan sahabat-sahabatnya. Dia merasa bahwa hal itu juga bukan kesalahan Bugyamu. Haruno duluan yang meminta Bugyamu untuk menjadi dirinya.

Haruno terduduk lemas di lantai. Alba dan Kayako merangkul Haruno yang hampir saja berwajah pucat pasi.

“Aku tidak punya skill karate. Bahkan tidak pernah tertarik sedikitpun di dunia itu.”

Alba menatap Haruno dalam-dalam.

“Kamu memang tidak punya ketertarikan maupun bakat di bidang itu. Tapi Haruno yang ku kenal selama ini selalu menghadapi apapun permasalahan di depannya dan menganggap hal itu sebagai tantangan!”
“Aku tahu kalau hari-hari sebelumnya merupakan yang terberat untukmu. Akan tetapi Haruno bisa mengambil hikmah dari semua ini. Bangkit kembali dari keterpurukan dan bersikap optimis untuk menghadapi permasalahan ini. Aku yakin tidak lama setelah ini akan ada jalan keluar dimana Haruno akan berkata ‘aku berhasil!’ dan dari situlah Haruno sudah kembali seperti sedia kala,” Kayako turut menyemangati.
“Teman-teman, aku merasa bahagia karena memiliki kalian di saat aku sedang membutuhkan orang disisiku,” ucap Haruno kemudian. Matanya berkaca-kaca. Dia berdiri sambil menegakkan dadanya ke depan. “Sekarang aku yakin kalau karate tidak sesulit seperti yang aku pikirkan. Aku pasti akan mampu melewatinya. Aku yakin itu.”
“Haruno, fighting!”
“Aku janji kalau kami akan selalu berada disampingmu.”

Ketiga sahabat itu saling berpelukan dengan erat.

***

“Guys, kalian yakin jika ingin melakukan ini denganku?” 

Haruno tengah berjalan menuju gedung olah raga bersama kedua sahabatnya. Dia masih tidak percaya jika Alba dan Kayako juga berniat untuk mengikuti ekstrakurikuler karate bersamanya.

Kayako melangkah dengan riang, “Tadi aku kan sudah bilang kalau kami akan selalu berada disampingmu.”

“Lalu bagaimana dengan Alba? Bukankah kamu sudah terlalu sibuk dengan kegiatan OSIS?”
“Aah, aku juga ingin belajar pertahanan diri seperti Bugyamu. Aku harap bisa hebat seperti dirinya kelak.”

Haruno melihat kedua sahabatnya secara bergantian dengan mata berkaca-kaca.

“Kalian.. ukh, aku benar-benar cinta pada kalian berdua!” Haruno merangkul bahu keduanya sembari melangkah dengan riang.

Sesampainya disana, ketiganya langsung terpana saat melihat begitu banyak para siswi yang mengikuti ekstrakurikuler tersebut. Banyak dari mereka mengenakan seragam karate. Haruno dan kedua sahabatnya melihat pakaian olah raga yang mereka kenakan secara bersamaan. Rupanya hanya mereka saja yang belum siap.

“Halo, semuanya. Perkenalkan nama saya Yamada Shou,” Haruno yang mendengar suara tersebut langsung mengarah pada sosok lelaki yang berdiri di depan para siswi. Matanya terbelalak ketika melihat lelaki tersebut. “Saya disini akan menjadi pelatih karate kalian. Sebelum kita mulai, saya ingin bertemu dengan ketua ekskul disini.”

‘God! Ternyata Shou menjadi pelatih disini. Jadi dia benar-benar mengambil dua pekerjaan sampingan? Menjadi pelatih disini dan di sekolah Bugyamu?!’

“Haruno, kamu dipanggil tuh! Cepetan kesana,” Alba dan Kayako menarik tangan Haruno untuk bergegas menemui Shou. Mata Haruno masih terus memandang Shou dari jauh. “Ano, gomene.. kami terlambat kemari, pak pelatih.”

Shou pun menoleh. Dia melihat wajah mereka satu-persatu. Saat giliran melihat wajah Haruno, Shou langsung tersenyum.

“Nishikawa Haruno kan? Aku masih mengingatnya. Aku tahu kalau kamu adalah ketuanya.”

Haruno masih bengong. Alba dan Kayako menyenggolnya berkali-kali. Namun Haruno belum sadar sama sekali.

“Oh ya, jangan panggil saya pak pelatih. Panggil saja saya kak Shou.”

Alba dan Kayako mengangguk sembari tersenyum. Begitu pula para siswi yang juga tersenyum sembari menunjukkan pandangan memuja. Shou tampak begitu keren di mata mereka.

“Kenapa kalian tidak memakai seragam karate?”
“Oh, itu karena kami baru mengetahui jadwal karate hari ini. Jadi kami tidak sempat mempersiapkan seragamnya. Tetapi kami janji kalau minggu depan kami akan menggunakan seragam karate.”
“Baiklah. Kalau begitu kita mulai saja latihannya sekarang.”

Alba dan Kayako kembali menoleh ke arah Haruno yang masih bengong. Lantas mereka menyeretnya untuk masuk ke dalam barisan.

“Baik. Sebelum itu, apa ada pertanyaan?”

Seluruh siswi banyak yang mengangkat tangan dan saling berebut untuk bertanya. Suasana begitu ramai bergema di seluruh penjuru ruangan. Shou terkekeh sembari meminta mereka untuk tenang. Para siswi langsung kembali diam.

“Kalian boleh bertanya satu-per..,”
“Shou, bagaimana dengan adik-adikmu? Apakah mereka harus sendirian di rumah seharian?” tiba-tiba saja Haruno bertanya sembari mengangkat tangannya. Para siswi menatapnya dengan heran. Begitu pula dengan Shou.
“Haruno, kamu tanya apa sih?” tanya Alba tidak mengerti. Sepersekian detik kemudian, Haruno menyadari akan kesalahannya. Dia mendadak khilaf.

‘GAWAT! Seharusnya yang mengetahui soal adik-adik Shou kan Bugyamu, bukannya aku! Duh!’ 

Haruno tidak lagi mengangkat kepalanya. Dia tidak berani menatap Shou secara langsung. Shou yang masih keheranan berjalan mendekatinya.

“Sepertinya Bugyamu ya?”
“Hah?” Haruno mengangkat kepalanya. Shou sudah berada tepat dihadapannya. Shou menatapnya dengan tatapan penuh tanda tanya.

‘Apa yang harus kulakukan sekarang??! Jangan-jangan Shou sudah curiga padaku?! Duh, Tuhan! Jangan sampai Shou tahu kebenarannya!’



to be continued