Bugyamu tampak cantik di mata Crazie-senpai |
Tanaka, Hidosu,
dan Bugyamu sedang memakan bekal di dalam kelas. Tanaka dan Hidosu melihat
Bugyamu memakan bekal dengan lahap. Lalu mereka berdua saling bertatapan
sembari tersenyum. Tanaka mengambil salah satu sushi di dalam bekal Bugyamu dan
mengunyahnya penuh nikmat.
“Hmm.. sushi buatan ibu Bugyamu memang yang paling enak,” celetuknya sambil mengunyah.
“Bagaimana dengan sushi buatan ibumu? Enak mana dengan buatan ibuku?” tanya Bugyamu dengan wajah sumringah.
“Sudah jelas enak sushi buatan ibuku lah. Sushi buatan ibumu juga enak kok. Maksudnya peringkat kedua paling enak setelah ibuku dong. Mhuahahaa,” tawa Hidosu yang kian melebar membuat renyahan makanan di dalam mulutnya berceceran kemana-mana. Bugyamu dan Hidosu segera menjauh dari Tanaka dengan jijik.
“Ehh, jangan sampai muncrat kayak gitu juga dong!” seru Hidosu kesal. Tawa Tanaka malah semakin melebar.
“Bugyamu-chan!”
Bugyamu langsung
melihat ke arah depan pintu ruangan kelas. Rupanya kak Crazie yang
memanggilnya. Bugyamu segera merapikan bekalnya dan menemui Crazie yang masih
menunggunya disana. Tanaka dan Hidosu melihat adik-kakak kelas itu dengan
pandangan aneh.
“Wait.. itu kak Crazie kan?!! Senpai yang terkenal berandalan itu??!” seru Tanaka dengan mata terbelalak. Hidosu tampak berpikir keras. Dia melipat kedua tangannya di depan dada.
“Sejak kapan Bugyamu dekat dengan senpai itu?” lalu Hidosu menengok ke kanan-kiri. “Eh.. By the way, aku kok nggak pernah melihat Airin berkeliaran disini lagi ya?”
“Lho, senpai datang sendirian? Dimana senpai yang lain?” tanya Bugyamu sembari menengok ke luar kelas. Crazie tertawa renyah.
“Aku memang sengaja datang sendirian. Kalau kita datang rame-rame, nanti disangka kita mau berkelahi dengan adik-adik di kelas ini dong. Nggak mungkin dong, hahaha..,”
“Hahaha... iya, kak,” Bugyamu juga ikut tertawa aneh.
“Kecuali kalau kalian memang cari gara-gara sama kami.”
‘Siiiiiiiiingh....’ Hening. Hanya terdengar suara serangga dari luar jendela.
Ternyata
teman-teman di kelas Bugyamu banyak yang mendengarkan obrolan Crazie dengan
Bugyamu. Crazie yang merasa sedang diperhatikan oleh banyak orang, bola matanya
segera mengernyit ke arah dalam kelas. Ruangan kelas kembali ramai. Teman-teman
sekelas Bugyamu tampak tidak memperhatikan lagi. Terutama Tanaka dan Hidosu
yang berpura-pura mengobrol dengan tubuh bergetar. Bugyamu mencoba
mengembalikan suasana dengan topik yang hendak ia bicarakan sebelumnya.
“Senpai, apa benar senpai mau menolongku?” tanyanya dengan wajah serius. Crazie menganggukkan kepala dengan mantap.
“Kami memang tampak seperti preman. Tapi kami selalu jujur, setia satu sama lain, dan membantu siapapun dengan sepenuh hati. Terutama menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran. Hal yang kamu alami ini merupakan pembulian siswa secara diam-diam. Anggap saja dia sebagai si pelaku. Jadi si pelaku bisa jadi telah mengetahui rahasiamu dan menyebarkan hal ini pada para siswa dari mulut ke mulut. Mungkin hal ini berkaitan dengan orang-orang terdekatmu. Bisa jadi salah satu dari mereka ada yang menyebarkan.”
“Hmm, Kepala Sekolah tidak mungkin menyebarkan. Beliau bukan orang-orang yang suka berbicara di belakang. Kedua orang tuaku juga tidak mungkin. Hmm.. yang tahu soal ini juga onee-chan dan aku. Lalu.. uuh, apa mungkin..,” Bugyamu berbalik ke arah Tanaka dan Hidosu yang ternyata juga sedang melihatnya dari jauh. Tanaka dan Hidosu langsung tergagap ketika mata elang Crazie ikut melihat ke arah mereka.
***
“CEPAT JAWAB! Apa kalian yang menyebarkan alasan kenapa Bugyamu bisa mendapatkan hukuman??!” Crazie and the gank mendorong tubuh Hidosu dan Tanaka di dinding pojok sekolah.
Hidosu mengaduh
kesakitan. Sedangkan Tanaka menangis sembari memanggil-manggil ibunya. Bugyamu
segera masuk ke dalam gerombolan itu dan menarik kedua lengan Crazie dari
belakang yang hendak menghantam wajah kedua temannya itu.
“SENPAI, JANGAN! Bukan mereka pelakunya!” tanpa sadar hal itu membuat tubuh Crazie membatu.
Crazie merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya ketika Bugyamu merangkulnya
dari belakang. Crazie berbalik ke belakang. Entah kenapa seperti ada sesuatu
yang menghipnotisnya saat Crazie melihat wajah Bugyamu yang tampak ketakutan
dihadapannya.
‘Damn! Kenapa dia terlihat kawaii dengan wajah lemah seperti itu?!!’ sungutnya kemudian.
“Aku mengatakan kalau mereka juga mengetahui alasan kenapa aku dihukum. Akan tetapi aku percaya kalau bukan mereka pelakunya.”
“Apa.. kamu yakin?!”
Bugyamu
menganggukkan kepala dengan mantap.
“Yakin seyakin-yakinnya!”
“Baiklah. Kalau begitu mereka akan aku coret dalam daftar tersangka.”
“Kyaa.. terima kasih, senpai. Crazie-senpai memang orang yang baik..!!!” rangkulan Bugyamu membuat Crazie membatu lagi. Dia merasakan gelenyar yang aneh saat Bugyamu memeluknya.
Hidosu dan
Tanaka menarik nafas lega. Namun saat keduanya hendak ikut memeluk Crazie
dengan penuh sorak-sorai, Crazie kembali memelototinya. Tanaka dan Hidosu
memundurkan langkahnya.
‘DAMAI.. Fresh air.. DAMAI..,’ keduanya menarik nafas panjang.
~to be continued
0 komentar:
Posting Komentar