Serial Ai-Jimai Strange Virus.. love_ukyu! Eps. 16


Aoi-Ai Jimai-Kakao


"Sudah dong Ai-chan, jangan nangis terus. Cep cep cep," Eay berusaha menenangkannya.


Gadis itu masih terus saja mewek di atas meja. Ingusnya mulai meler. Ai Jimai hendak menghapus ingusnya dengan lengan seragamnya. Mitea, Eay, dan Konami segera mencegahnya.


"Kao sensei benar-benar menakutkan," keluh Konami sembari menghapus ingus temannya itu. Ai Jimai berhenti menangis.

"Sensei nggak salah, ukyu. Aku yang patut dipersalahkan, ukyu."

Mitea menghela nafas panjang, "Sudahlah. Bukankah yang terbaik sekarang adalah untuk tidak menyakiti hati salah satu dari mereka? Lebih baik kamu kembali menata hati sebelum dirimu menjadi kacau."

"ukyu..,"

Mitea hendak berbicara lagi. Akan tetapi Eay langsung membungkam mulutnya. Mitea mendelik tajam. Eay melirik seolah-olah menunjukkan sesuatu. Benar juga! Mereka melihat Taro dan Aoi memasuki kelas. Kedua cowok itu berjalan menghampiri mereka. Ai Jimai mengusap sisa-sisa air matanya secepat mungkin.


"Hey, girls, ohayou!" seru Taro bersemangat.

"Ohayou, Ai-chan!" sapaan Aoi membuat Ai Jimai tergagap.

"Ukyu..," dia bingung harus menjawab apa. Penampilan Aoi yang sekarang membuatnya sedikit canggung.

Seorang cowok yang tidak lagi memakai wig. Hanya cowok berambut hitam yang memakai kacamata tebal. Melihat penampilan Aoi yang baru, membuatnya teringat kembali dengan sosok lelaki yang disukainya.


"Hemm kayaknya ada yang habis mewek nih," gumam Taro dengan mata menyelidik.

"Idih, siapa lagi yang mewek, ukyu?!"

"Lha kenapa situ malah sewot? Kelihatan banget tau mata kamu sembab. Kayak habis nangis."

Ai Jimai terdiam. Bulir-bulir air matanya mulai menyeruak. Taro dan Aoi langsung terkejut.

"Lho lho kok malah nangis sih?!" seru Aoi kebingungan.


Teman-temannya langsung menyalahkannya. Aoi sendiri terdiam melihat Ai Jimai yang masih mewek.


“Oh, ini,” Aoi mengeluarkan permen lollipop dari dalam tas. “Tadinya aku ingin memberikanmu waktu jam makan siang. Tetapi sepertinya sekarang adalah waktu yang cocok untuk memberikannya padamu.”


Ai Jimai berhenti menangis. Lambat laun dia mulai tersenyum. Teman-temannya ikut merasa lega. Begitu pula dengan Aoi yang ikut membalas senyuman gadis itu. Selang beberapa saat Kakao memasuki ruangan kelas. Dia melihat adiknya dan Ai Jimai saling memandang. Entah kenapa rasanya Kakao merasa terganggu dengan pemandangan itu.


“HARI INI KITA MULAI TES DADAKAN!” seruan Kakao membuat para siswanya membatu, terkecuali Aoi. Dia melihat kakaknya dengan pandangan tajam.

***

“Onii-chan,” Kakao berbalik ketika mendengar suara Aoi memanggilnya. Dia baru saja keluar dari ruangan kelas. “Mumpung jam makan siang. Bisakah kita berbicara sebentar?”

Keduanya memutuskan untuk duduk di cafe. Kebetulan saat itu jam makan siang. Tanpa sengaja keberadaan mereka diketahui oleh Konami, Eay, dan Mitea. Ketiganya mengendap-endap dan duduk tidak jauh dari kakak-beradik itu. Kakao menyesap kopinya yang masih panas.


“Jadi langsung saja ya. Tolong jangan ganggu Harada-chan lagi,” mendengar hal itu, Kakao langsung mengerutkan keningnya. “Atau lebih tepatnya jangan pedulikan segala perhatiannya lagi. Karena aku tahu segala yang dilakukan Harada-chan pasti mengganggumu dan hal itu semua membuatnya terluka.”

Kakao memicingkan matanya.

“Itu semua terserah padanya. Itu keinginannya. Kamu tidak perlu ikut campur.”

“Justru karena aku temannya, aku turut ikut campur.”

“Hanya teman?” pertanyaan Kakao membuat wajah adiknya memerah.

“Aku..,”

“Kamu menyukainya, bukan? Penampilanmu berubah dan kembali normal karena demi dirinya, bukan?” Aoi sudah tahu akan begini jadinya. Kakaknya selalu mampu membaca apa yang ada di fikirannya maupun bahasa tubuhnya. “Makanya kamu tidak ingin membuatnya berpaling kepada pria lain.”

“Ka.. kalau iya kenapa?!” serunya sambil tergagap. “Lagipula onii-chan tidak menyukainya kan?”

“Apakah aku perlu menjawabnya? Aku dan dia memahami perasaan masing-masing. Seperti seseorang yang mengagumi kupu-kupu yang selalu mengelilinginya. Namun apa daya jika orang itu tidak berani menyentuh karena takut akan merusak atau mematahkan sayap indah kupu-kupu itu. Aku harap kamu mengerti, otouto-chan.”


Aoi hanya terdiam. Dia tidak memahami jalan pikiran kakaknya.


“Jadi biarkan Harada-san memilih jalannya sendiri.”

Konami yang mendengarkan percakapan antara kedua pria itu langsung menganggukkan kepala. Eay dan Mitea melihatnya dengan pandangan bingung. Konami menyadari pandangan kedua gadis itu.


“Apa?” Konami balik bertanya. Eay dan Mitea melihatnya dengan pandangan menyelidik.

“Nggak usah berbelit-belit. Hey, smart girl! Apa yang bisa kamu simpulkan dari percakapan mereka?”

Konami terdiam sejenak. Dia menelan ludah sesaat sebelum berbicara lagi.

“Ai-Jimai tidak bertepuk sebelah tangan. Kedua pria itu sama-sama ingin memilikinya.”


To Be Continued

0 komentar: