Serial Ai-Jimai Strange Virus.. love_ukyu! Eps. 15


 
Hayatemizaki Aoi

“Apa?! Jadi sebenarnya mereka adalah saudara kandung??!”

Mitea, Eay, Konami, dan Taro langsung mendelik melihat wajah tegang Ai-Jimai.

“Ai-chan, cara bicara kamu jadi normal!” seru Mitea takjub.

“Nggak pakai imbuhan bahasa planet lagi!” tambah Eay diikuti dengan anggukan ketiga temannya yang lain. Ai-Jimai mengernyitkan dahi tidak mengerti.

“Ukyu?” keempat temannya menepuk dahi secara bersamaan. Ai-Jimai kembali lagi seperti semula. “Apanya, ukyu?”

“Mendadak aku menyesal sudah mengatakannya,” ucap Mitea dengan tatapan lirih.

“Sudah, lupakan! Yang terpenting sekarang adalah.. apa kalian baru menyadarinya kalau mereka berdua memiliki nama depan yang sama! H-ya-te-mi-za-ki!!!” kini berganti Konami yang merubah topik.

“Benar juga, ukyu!”

Eay menepuk bahu Ai-Jimai pelan.

“Sepertinya kamu harus melupakan perasaanmu kepada Kakao sensei deh. Kamu tidak bisa terus menyukainya sedangkan adiknya juga memiliki perasaan padamu.”

“Aku harus menanyakan kebenarannya pada Kakao sensei,” sahut Ai-Jimai mantap. Teman-temannya sudah mengira kalau Ai-Jimai tidak akan mendengarkan perkataan mereka. Ai-Jimai bergulir sesuai keinginannya sendiri.

***

Hari yang melelahkan. Sepulang dari sekolah, Kao segera melepas sepatunya dan merobohkan diri diatas kasur. Dia merasa sangat lelah. Hari ini dia menerapkan sejumlah ide untuk membantu pembelajaran para siswa. Dia berharap nantinya mereka akan berhasil. Apalagi dengan kelas 12 social 2. Dia sangat berharap kalau para siswa di kelas itu belajar lebih giat daripada sebelumnya mengingat nilai yang didapat di kelas itu lebih tertinggal daripada kelas-kelas yang lain.

Tidak lama terdengar suara bel berbunyi. Dengan malas, Kao melenggang ke arah pintu rumah. Dia membuka pintu rumahnya. Setelah melihat siapa tamunya, matanya langsung mendelik dan menutup pintunya lagi. Kao menutup mata sembari menghela nafas panjang. Dia membuka pintunya kembali. Kao tersenyum sesaat, agak dipaksakan.

“Selamat sore, Kakao sensei.”

“Ai Jimai, ada perlu apa kemari?” tanya Kao secara perlahan. Dia berusaha meredam emosinya. Entah kenapa setiap di depan siswinya itu membuatnya memiliki emosi yang aneh. Seperti perasaan takut akan sesuatu. ‘Perilakunya mirip sekali dengan Aoi-chan dan Kiya-chan. Aku harus lebih berhati-hati.’

“Sensei, boleh saya masuk?”

Kakao termenung sebentar. Selang beberapa lama kemudian dia mengijinkannya masuk. Keduanya sama-sama terdiam saat duduk di kursi sofa.

“Umm..,”

“Ano..,” keduanya hampir tergelak.

“Kamu duluan saja,”

“Ah, tidak. Kao sensei saja..,”

Lalu keduanya terdiam kembali. Kao menyadari tatapan lirih dari gadis di depannya. Entah kenapa perasaan gugup melingkupi dirinya. Kao tidak mengerti perasaan gugup apa yang dia rasakan kini. Kao memberanikan diri untuk menatap Ai Jimai.

“Sensei, saya ingin menanyakan sesuatu,ukyu,” ucap Ai Jimai sambil memainkan jari-jarinya. Kakao mengernyitkan dahi. “Mungkin.. ukyu, saya tidak sopan menanyakan hal ini. Tetapi hal ini benar-benar menggelitik perasaan saya, kyuu,”

“Selama hal itu tidak menyimpang, saya akan mendengarkannya.”

“Ano.. pertanyaan saya tidak akan bermuatan hal yang negatif, ukyu..,” katanya sembari menunduk. “Ukyu, apa Kakao sensei memiliki hubungan dengan Hayatemizaki-kun? Maksudku apakah kalian memiliki hubungan saudara, kyuu?”

Kakao memicingkan matanya sembari memegang dagunya. Dia tampak berpikir sesaat.

“Ya.”

“Ukyu?!”

“Itu memang benar. Aku adalah kakaknya dan dia adalah otouto.”

“Oh, jadi begitu, kyuu,” Ai Jimai bangkit dari duduknya. Gadis itu tampak tersenyum sendu.

“Kalau begitu saya pamit pulang. Terima kasih telah menjawab pertanyaan saya, sensei.”

Kao mengantar Ai Jimai hingga di depan pintu rumah. Lelaki itu merasa ada yang janggal dengan tingkah laku Ai Jimai. Dia masih menatap gadis yang sedang mengenakan sandalnya.

“Tunggu,” Kao mencekal lengannya. Gadis itu agak terkejut dengan sikap Kao yang tiba-tiba. Mereka saling berpandangan. “Apa hanya itu yang ingin kamu tanyakan? Tidak ada yang lain?”

Ai Jimai membelalakkan matanya dalam sepersekian detik. Namun setelah itu berakhir dengan menunjukkan senyumannya lagi. Senyuman yang tidak tulus di mata Kakao.

“Ukyu, hanya itu, sensei. Saya pamit du..,” Kakao langsung menarik lengan Ai Jimai lagi. Gadis itu meringis kesakitan “Sensei, kyuu?”

“Apa kamu tidak menanyakan sesuatu yang lain? Sesuatu yang menggelitik perasaanmu? Apa kamu tidak ingin tahu siapa itu Gloria? Atau sapapun semacamnya?!!”

Ai Jimai melepaskan lengannya dari tangan Kao. Dia tampak menyunggingkan senyum lagi.

“Untuk apa, ukyu? Saya hanyalah siswa biasa yang kebetulan diajar oleh seorang guru baru  yang sangat kukagumi, ukyu. Saya bukan siapa-siapa beliau, ukyu. Jadi..,”

“Bagaimana dengan janjimu yang ingin memenangkan hatiku?! Bagaimana kamu bisa menyerah begitu saja?!”

“Hal itu sudah tidak penting lagi, ukyu. Saya tidak ingin menyakiti kalian berdua, ukyu. Maafkan aku, sensei.”

Ai Jimai membuka gagang pintu rumah. Namun Kao mencegatnya lagi. Kao memaksa Ai Jimai untuk menatapnya lagi.

“Apa maksudmu?”

“Kao sensei pasti tidak akan bisa mengerti apa yang aku rasakan, ukyu.”

Kao mencoba mencerna perkataan gadis didepannya.

“Apa itu hanya perasaan sementaramu saja?!!” serunya dengan penuh emosi kemarahan yang meluap-luap.

Kao tidak mengerti kenapa dia selalu tidak bisa mengendalikan emosi yang melingkupi dirinya. Hanya satu yang dia rasakan saat ini rasa amarah. Rasa amarah karena tidak sesuai dengan keinginannya.

Ai Jimai tersenyum lagi.

“Sensei sudah tahu apa jawabannya, ukyu. Saya pamit dulu,” Ai Jimai menghambur keluar rumah.

Kao merasakan ketidakjujuran dari mata gadis itu. Tetapi yang paling penting sekarang adalah Kao harus menata kembali emosi yang dirasakannya saat ini. Dia sendiri tidak mengerti kenapa emosi kemarahannya kambuh kembali. Sudah bertahun-tahun lamanya dia telah mampu menahan gejolak emosinya itu. Namun semenjak mengenal Ai Jimai, Kao merasakan perasaan yang aneh apabila di dekat gadis itu. Kakao yakin jika gadis itu selalu membuatnya ketakutan. Rasa takut akan kembalinya emosi labil yang dimilikinya. Kao berbalik dan menendang meja, melempar kursi, dan melempar barang sembari berteriak penuh amarah.



To Be Continued  

0 komentar: