Serial Ai-Jimai Strange Virus.. love_ukyu! Eps. 14


Kao sensei membawa buku tebal
Aoi menemukan Ai-Jimai yang duduk di anak tangga dengan kepala menunduk. Cowok itu langsung duduk disebelahnya. Dia mengusap kepala Ai-Jimai pelan. Ai-Jimai mengangkat kepalanya. Wajahnya tampak sendu dengan sisa-sisa air mata.


“Kenapa kamu menangisi pria seperti dia?”



“Ukyu..,” Ai-Jimai bingung harus berkata apa. Aoi melihatnya dengan tatapan sedih.

“Apa kamu benar-benar menyukainya?”

“Sangat..,”

“Kalau misalkan ada cowok lain yang menyukaimu, bisakah kamu melupakan pria tua itu?” Ai-jimai terperangah mendengarnya. “Bisakah kamu mengalihkan perhatian pada cowok yang menyukaimu itu?”

“Hayatemizaki-kun..,”

“Harada-chan. Tolong dengar baik-baik,” Aoi memandang Ai-Jimai lekat-lekat. Mata mereka saling memandang. “Dengar, aku berjanji akan mencuri hatimu dan membuatmu lupa dengan pria tua itu.”

***

Setiap pukul enam pagi, para siswa kelas 12 wajib mengikuti sarapan pagi alias pelajaran tambahan lebih awal untuk menghadapi ujian masuk universitas. Para siswa tampak berusaha keras demi memperdalam ilmu mereka. Bahkan kebanyakan dari mereka mengambil kursus pelajaran di luar sekolah. Begitu pula dengan para guru yang turut mensuport mereka dengan menjalankan beberapa metode baru dalam mengajar. Hal itu dilakukan agar para siswa mampu meningkatkan nilai mereka di ujian harian maupun mampu untuk mempersiapkan ujian masuk universitas.

Lain halnya dengan para siswa 12 social 2. Mereka sepakat untuk membenci buku pelajaran yang tebal dan tidak pernah mempelajarinya. Namun setelah melihat Kakao yang meletakkan buku-buku tebal seperti kamus di atas meja, membuat mereka lemas seketika. Mereka yakin kalau pak Kakao akan menampar mereka dengan berbagai soal yang ada di buku-buku tersebut.


“Ujian masuk universitas sudah di depan mata. Tapi coba tebak apa yang sensei temukan? Nilai-nilai ujian harian yang semakin menurun. Sebenarnya apa yang kalian lakukan selama ini? Menggunakan buku-buku pelajaran untuk alas tidur?” seluruh siswa di kelas itu hanya terdiam. Kakao menunjuk Konami yang sedari tadi menundukkan kepala. “Konami, universitas mana yang kamu inginkan?”

Konami melihatnya dengan tergagap. Gadis itu merasa tidak enak. Kenapa tiba-tiba Kakao menanyakan hal itu padanya dengan tatapan datar. Namun cepat atau lambat dia harus menjawab pertanyaan gurunya. Dia sudah pasrah apabila nantinya kena marah.

“Universitas Keio,” ucap Konami sambil berusaha menunjukkan senyumnya. Kakao menggebrak meja.

“Keio katamu?! Dengan nilai-nilai yang naik-turun dan tujuanmu universitas Keio??! Kamu ingin mengais-ngais tanah dulu sebelum kencing disana?!”

Konami mengerutkan keningnya tidak mengerti. Dia memberanikan diri untuk mengangkat tangannya sebelum berbicara.


“Maaf, pak. Maksudnya ap..apa ya?”

“Bicara dengan tangan saya saja!” Konami hampir saja komat-kamit dengan kesalnya ketika Kakao menunjukkan tangan didepannya. Dia berusaha menahan kekesalannya. Kakao sendiri langsung memberi aba-aba agar para siswa segera menyiapkan alat tulis di atas meja. “Sebelum mengikuti ulangan harian, sensei ingin kalian mengerjakan soal-soal yang bapak bagikan dari buku-buku ini.”
Para siswa mengeluh saat melihat Kakao menepuk buku-buku tebal di atas meja. Lantas pak Kakao membagikan kertas-kertas soal. Para siswa masih tertegun melihatnya. Kakao berhenti membagikan soal. Dia melihat para siswa dengan mata tajam. Seolah-olah mata tajamnya menembus dari kacamatanya dan tampak garang. Para siswa agak merinding setelah melihat mata tajamnya.


“Ulangan dadakan, SEKARANG!”

***

Usai ulangan dadakan, Kakao langsung keluar ruangan kelas. Banyak siswa yang kelelahan dan ambruk di atas meja. Eay dan Mitea menghampiri Konami yang juga ambruk di atas meja. Gadis itu tampak frustasi. Kuku-kukunya menggaruk meja berkali-kali.

“Mengais-ngais tanah sebelum kencing disana? Apa maksudnya?! Memangnya aku kucing?!!” keluhnya sebal. Mitea dan Eay menepuk bahunya secara bersamaan.

“Universitas Keio? Konami memang benar-benar sesuatu!”

“Konami memang siswa tercerdas daripada siswa lainnya. Wajar saja jika kamu memilih universitas yang bagus pula. Seleramu memang benar-benar tinggi.”


Konami mengangkat kepalanya.


“Aku nggak yakin nilaiku bakalan bagus. Soal-soal ulangan dadakan tadi benar-benar menguras pikiran. Padahal aku sudah menghabiskan waktuku setiap hari dengan belajar, belajar, dan belajar!” serunya mewek.


Eay mencoba menenangkannya. Sementara Mitea mulai berpaling melihat sikap yang aneh pada kedua temannya, Aoi dan Ai-Jimai. Pasalnya, Aoi yang sekarang sudah tidak mengenakan wig lagi. Dia berambut hitam dan memakai kacamata. Aoi menghampiri Ai-Jimai yang sedari tadi termenung. Keduanya tampak kaku.

“Uhm, bagaimana tadi? Apa ada kesulitan mengerjakan ulangannya?” tanya Aoi padanya. Ai-Jimai menanggapinya dengan kaku pula.

“Eh.. iya. Maksudku tidak! Eeng, itu semua tidak masalah. Mhuahaha,” Mitea dapat melihat kecanggungan diantara keduanya. Mitea menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia memutuskan untuk menghampiri mereka berdua. Dia langsung menepuk bahu keduanya.

“Ada apa dengan kalian? Ai-Jimai dan Aoi melihat Mitea dengan keheranan. “Ai-Jimai, kamu benar-benar tertawa canggung! Dan Hayatemizaki-kun, hari ini kamu benar-benar sangat aneh. Kenapa tiba-tiba penampilanmu berubah?”


Aoi hanya bergumam tidak jelas. Mitea menyuruhnya untuk mengulang perkataannya. Mata Aoi mulai melihat di sekitar. Tanpa sengaja matanya bertemu dengan mata Taro. Aoi langsung memanggil dan berjalan menghampirinya. Mitea melihatnya dengan curiga.


“Gerak-geriknya sangatlah aneh,” begitu katanya. Lantas dia melihat Ai-Jimai yang sedari tadi termenung. Mitea begitu greget melihatnya. Dia mencengkeram kedua bahu Ai-Jimai dari belakang. Ai-Jimai menoleh ke arahnya.

“Ai-chan, aku ingin kamu jujur. Sebenarnya apa yang terjadi pada kalian berdua?”

“Eeng..,”

“Apa?”

“Eeng, Hayatemizaki-kun bilang kalau dia akan mencuri hatiku.”

Mitea agak terkejut mendengarnya. Lantas dia bergumam, “Jadi ini yaa yang namanya cinta segitiga. Aku berharap dua bersaudara itu tidak bertengkar karena dirimu ya. Duh, aku membayangkannya saja sudah merinding. Hubungan cinta kalian bertiga benar-benar horor!”

“Apa maksudmu tadi, Mit? Dua bersaudara?”

“Coba bayangkan! Sensei tidak pernah peduli padamu, tetapi kamu menyukainya. Hayatemizaki-kun malah menyukaimu, tetapi kamu tidak memiliki perasaan padanya! Hubungan kalian bertiga benar-benar horor!” Mitea berbicara lagi, tidak menanggapi pertanyaan gadis didepannya. Ai Jimai memegang bahu Mitea dengan erat. Matanya tampak melotot seperti hantu.

“Tadi apa maksudmu?”

“Apa? Yang mana?”

“Tentang hubungan dua bersaudara.”


To be continued

0 komentar: