Aoi-Ai Jimai-Kakao |
Ai Jimai berjalan memasuki
kelas sembari memegang erat permen lollipop. Dia terus tersenyum tiada henti.
Kemudian langkahnya terhenti tepat di bangku Konami. Ai Jimai merasa heran
melihat raut wajah ketiga temannya yakni Konami, Eay, dan Mitea. Ketiga
temannya yang menyadari keberadaan Ai Jimai semakin menunjukkan raut wajah yang
aneh.
“Kalian bertiga kenapa sih?
Kok aneh gitu, kyu?” tanya Ai Jimai dengan penuh keheranan. Ketiga temannya
saling melihat satu sama lain.
“Aku pikir setelah ini kedua
orang itu akan berbuat sesuatu yang lebih jauh ,” ucap Eay pelan. Pandangannya
menerawang ke atas.
“Apa mungkin memperebutkan
gadis sepolos dia..,” pandangan Mitea juga ikut menerawang ke atas.
Pandangan Konami juga
menerawang ke atas sembari berkata, “Terryfing dark demon vs freak prince. Two men
vying for a kitten. How can..,?”
Lantas ketiganya menoleh ke
arah gadis yang tengah menjilat permen lollipopnya. Ai Jimai menyadari kembali
pandangan ketiga temannya.
“Ehh, ano.. kalian mau, kyuu?
Lollipop dari Hayatemizaki-kun enak sekali lho!” ketiga temannya hanya menghela
nafas panjang.
“Harada-chan! Makan bekal
bareng yuk!” seru Aoi dengan riang. Ai Jimai menganggukkan kepala dengan
senyuman lebar. Konami, Eay, dan Mitea memandang keduanya dengan pandangan
menyelidik.
“Aoi, terima kasih atas
permen lollipopnya, kyu. Aku senang sekali bisa memakan lollipop ini. Rasanya
manis sekali, kyuu. Hari ini aku sangat sedih, kyu. Tapi berkat lollipop ini,
rasa sedihku menjadi hilang secara perlahan,” Aoi mengelus kepalanya dengan
lembut.
“Syukurlah. Memang
Harada-chan yang ceria seperti biasanya adalah yang terbaik.”
Ai Jimai hendak menjilat
lollipopnya lagi. Akan tetapi seseorang menarik tangannya yang memegang
lollipop dan menjilat permen manis-bulat itu. Sontak wajah Ai Jimai langsung
memerah. Begitu pula dengan Aoi dan ketiga temannya. Mereka sangat terkejut
saat mengetahui Kao yang menjilat lollipop Ai Jimai.
“Heeee..???”
“Onniii..,”
Kao memandang Ai Jimai sambil
melipat tangannya di dada.
“Permen lollipop itu begitu
pahit. Manis? Apa itu yang kamu rasakan?”
“Per.. permen ini memang
rasanya manis kok, ukyu!” seru Ai Jimai tergagap.
Kakao menyentil keningnya
dengan wajah gemas.
“Iya, manis! Tapi kalau
lama-lama menjilatnya akan terasa pahit. Rasa sedih yang sebelumnya lenyap akan
muncul kembali. Sia-sia saja kau memakan ini.”
“Ap.. apa peduli sensei,
kyuu?”
“Jelas sensei peduli. Kalau rasa
sedih itu karenaku, sensei yakin kalau rasa sedih yang kau derita itu tidak
akan pernah lenyap.”
Mata Ai Jimai mulai berair.
“Kyu, kenapa sensei seyakin
itu?”
“Karena kamu yang memulainya.
Kamu pula yang mengakhirinya. Kau kira sangat mudah menghentikan permainan yang
belum benar-benar berakhir?”
“Sensei salah, ukyuu. Itu
semua bukan permainan, ukyu. Itu adalah perasaanku. Aku hanya ingin menunjukkan
perasaanku, ukyu,” Kao terhenyak ketika melihat air mata Ai Jimai mulai
mengalir. “Tapi kali ini aku benar-benar yakin, ukyu. Aku akan mengakhiri
perasaan itu. Perasaan yang hanya berwujud permainan bagi sensei, kyuu. Sensei
benar-benar kejam!” Ai Jimai langsung menghambur keluar kelas dengan penuh isak
tangis.
Kao memandang kepergian gadis
itu dengan wajah sedih. Rasa bersalah mulai menyelimutinya. Aoi yang tidak
mampu menahan amarahnya lagi, langsung menarik kerah kakaknya dengan kasar.
“Otouto..,”
“Aku hanya ingin bersabar,
kak. Tetapi onnii-chan selalu membuatnya menangis. Aku tidak tahan lagi! Ingin
rasanya memukulmu. Tetapi aku sadar tidak ada gunanya memukul kakak selama kakak
menganggapnya aneh. Bukan! Menganggapku, menganggap Kiya, dan menganggapnya
sebagai orang yang aneh. Kalau kakak selalu terganggu dengan keberadaannya,
sebaiknya kakak pindah saja lagi sampai kakak menemukan tempat dimana
sesungguhnya orang-orang normal berada!”
To be continued
0 komentar:
Posting Komentar