Haruno dan Bugyamu Season II (Love Begin!) Eps. 3




Shou melihat kepergian Haruno dari kejauhan


Setelah jam pelajaran berakhir, Kayako hendak menepuk pundak Haruno. Namun Haruno langsung bergegas ke luar kelas. Kayako tampak bingung dengan sikap sahabatnya itu. Alba yang baru saja selesai menghapus papan tulis, berjalan menghampiri Kayako yang membawakan tasnya.
 

“Terima kasih, Kayako,” Alba menerima tas yang sebelumnya dibawakan oleh Kayako. “Eh, dimana Haruno?”

“Sudah seharian penuh dia berdiam diri. Tidak seperti Haruno yang biasanya. Tadi dia pergi begitu saja. Apa dia masih terbebani dengan hukuman yang diterimanya ya?”

“Hmm, aku pikir tidak. Sudah berkali-kali dia menerima hukuman, akan tetapi dia selalu tampak tegar. Mungkin ada sesuatu yang lain dipikirkannya.”


Kayako menarik tangan Alba dengan wajah khawatir.


“Kita harus mencarinya sekarang juga.”

“Okay. Ada yang harus aku beritahukan padanya juga.”

“Tentang apa?”

“Tentang ekstrakurikuler karate.”


***

Haruno meneteskan air matanya terus-menerus, namun tanpa ekspresi. Wajahnya tampak begitu datar. Sudah sekitar satu jam ia duduk termangu di kolam ikan yang tidak jauh dari taman sekolah. Dia mengingat kembali obrolan negatif tentangnya dari kedua siswi yang tadi pagi tidak sengaja didengarkannya.


“Aku sudah banyak mendengar cemohan dari setiap orang. Tetapi kenapa baru kali ini hatiku terasa sakit saat salah satu dari mereka mengaitkan sikapku yang tidak benar di mata mereka dengan mentalku?” Haruno berbicara sendiri dengan mata nanar. “Apa salahku pada mereka? Aku tidak mengganggu kehidupan mereka. Lantas kenapa banyak orang yang kutemui selalu bersikap kesal padaku dan mengatakan semaunya atas apa yang terlintas di otak mereka??!”


Haruno tidak mampu membendung lagi air mata yang sedari tadi mengalir. Kini dia melampiaskan segala kekesalannya dengan menangis sekeras-kerasnya. Haruno membiarkan dirinya menangis sekeras-kerasnya. Toh, tidak ada para siswi yang berlalu-lalang di sana.


“Uhm, are you okay?” Haruno berhenti terisak saat ia menyadari seseorang berdiri disebelahnya. Dia segera berbalik menghindari orang tersebut. Namun tak disangka, orang itu berjongkok dan menawarkan saputangan padanya. Haruno yang benar-benar merasa malu segera menerima saputangan itu dan mengusap wajahnya dengan saputangan tersebut. Terdengar suara terkekeh dari orang itu. “Ya ampun. Bersihkan juga ingusmu itu.”


Haruno semakin malu ketika mendengar ucapan orang itu. Kini wajahnya semerah tomat. Ia segera mengusap ingusnya hingga bersih. Setelah dirasa tenang, ia menghela nafas panjang.


“Terima kasih karena sudah meminjamkan saputangan ini padaku. Aku akan segera mencucinya dan mengembalikannya padamu,” setelah mengatakan hal itu, Haruno menoleh ke arah orang tersebut. Namun tak disangka, dia tampak begitu terkejut dengan wajah orang yang hanya berjarak beberapa senti darinya.

“Kak Shou??!”


Orang itu juga terkejut saat Haruno menyebut namanya. Dia mengerutkan keningnya, mencoba mengingat siapa gadis yang memanggilnya tersebut. Lalu tidak beberapa lama kemudian, dia tampak mengenal gadis itu.


“Ka.. kamu.. kan kakak Bugyamu ya??!”


Haruno mengangguk cepat. Cowok disebelahnya tertawa lepas.


“Wah, tidak disangka, aku bisa bertemu denganmu disini.”


Haruno mengangguk lemah.


‘Iya. Tidak ku sangka akan bertemu denganmu disini setelah hari terakhir dimana kak Shou menyatakan cinta padaku,’ lirihnya dalam hati.


Hening. Haruno kembali terdiam, tanpa suara. Shou sendiri bingung dengan suasana itu. Dia kembali membuka pembicaraan dengan tawa renyah.


“Saputangan itu mengingatkanku dimana aku pernah meminjamkannya padamu. Kamu masih ingat? Rasanya seperti de ja vu ya?”


Haruno mengangguk lagi.


“Kenapa tadi kamu menangis?”


Pertanyaan Shou membuat Haruno langsung terkesiap.


“Ano.. maaf, karena aku sudah mengabaikanmu. Kalau boleh tahu, kenapa kak Shou bisa ada disini?”

“Umm, sebenarnya aku baru saja mendapatkan pekerjaan sampingan disini. Oh ya, apa kamu tahu dimana ruang Kepala Sekolah?”


Haruno tersenyum pahit.


“Siapa sih siswa yang lebih tahu ruang Kepala Sekolah, selain aku.”

“Gomene?” Shou kembali mengerutkan keningnya, tidak mengerti. Kemudian Haruno tertawa melihat ketidaktahuan Shou.

“Aah, bukan apa-apa. Ayo, kak. Aku akan mengantarkanmu kesana.”


Shou mengikuti Haruno yang berjalan duluan. Ruangan Kepala Sekolah tidak begitu jauh. Sesampainya disana, Haruno mempersilahkan Shou mengetuk pintu ruangan Kepala Sekolah. Shou tidak langsung melakukannya. Dia berterima kasih dahulu pada Haruno yang telah bersedia mengantarkannya.


“Baiklah. Kalau begitu, aku akan kembali ke asrama. Good luck, kak,” Haruno hendak pergi, akan tetapi Shou memegang pundaknya.

“Eh, kalau boleh tahu siapa tadi namamu? Maaf, aku tidak begitu bisa mengingat nama orang lain. Padahal kita sudah bertemu beberapa kali ya,” kata Shou sembari menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.


Haruno kembali tersenyum.


“Haruno. Nishikawa Haruno.”

“Akan aku ingat namamu itu. Nishikawa Haruno. Sekali lagi terima kasih, ya.”


Haruno membalasnya kembali dengan senyum. Lantas dia berbalik pergi. Shou menatapnya dari kejauhan.


“Kenapa aku merasa begitu mudah akrab dengannya ya? Rasanya ada yang aneh saat melihatnya menangis. Jantungku berdetak begitu cepat saat berada didekatnya tadi. Hmm, kenapa ya?”



~To be continued

0 komentar: