Haruno dan Bugyamu Season II (Love Begin!) Eps. 5



ALBA~
Hari sudah malam. Alba yang sedari tadi belajar, langsung merapikan bukunya saat melihat jarun jam menunjukkan pukul sembilan malam. Sedangkan Kayako baru saja selesai menyetrika pakaian-pakaiannya dan menggantungnya di dalam lemari.

“Kayako, kenapa Haruno lama sekali ya?” tanya Alba sambil membaringkan diri di atas tempat tidur. Kayako melihat jam dinding.

“Kasihan sekali dia. Membersihkan kamar mandi kan membutuhkan waktu yang lama. Pasti dia capek sekali.”

“Hmm.. dia juga belum mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah/ tugas sekolah).”


Tak lama kemudian, Haruno memasuki kamar dengan tubuh lesu. Dia langsung ambruk di atas tempat tidur. Kayako menghampirinya dan memijat kakinya. Alba juga duduk disebelahnya.

“Kamu pasti kecapekan. Bangun lebih awal dan tidur paling akhir,” ucap Kayako sambil memijat kaki Haruno.

“Lebih bagus begini. Tidak ada waktu untuk merencanakan kegilaan lagi. Tidak ada waktu untuk kenakalan. Lebih bagus. Setidaknya membuatku lebih normal.”


Alba dan Kayako saling memandang satu sama lain.

“Haruno, sebenarnya ada yang ingin kutanyakan,” Kayako memberanikan diri untuk berbicara. Haruno bangkit dari tidurnya dan menatap sahabatnya itu.

“Hmm.. tentang apa?”

“Apa.. kamu ada masalah?” pertanyaan Kayako membuat Haruno langsung terdiam. Haruno tidak menyangka jika sahabatnya itu merasakan keganjilan yang ada pada dirinya. ‘Haruskan aku bercerita?’ katanya dalam hati.

“Kalau ada sesuatu yang mengganjal, lebih baik ceritakan saja pada kami. Kami akan mendengarkan segala keluh kesahmu. Akan tetapi kalau tidak mau, tidak apa-apa. Tidak usah dipaksakan,” Alba ikut angkat bicara.


Haruno menatap keduanya secara bergantian. Lantas menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Haruno kembali menitikkan air mata. Kedua sahabatnya mencoba menenangkannya.

“Apa aku tidak normal? Orang tuaku saja tidak pernah berkata begitu padaku. Tetapi kenapa ada orang yang menganggapku tidak normal??!”
“Siapa yang bilang kalau kamu tidak normal, Haruno?” tanya Kayako dengan nada sedih.
“Apa sebenarnya aku punya kelainan? Hanya karena aku bertingkah buruk, jadi aku bisa dianggap tidak normal! Kenapa..,” air mata Haruno semakin deras. Kayako mengusap wajahnya dengan tisu.
“Haruno, dengarkan aku,” Alba menatap Haruno dengan wajah tenang.

Haruno masih terisak.

“Haruno, tolong dengarkan Alba,” ucap Kayako. Haruno melihat Alba dengan wajah mewek.
 “Khem. Haruno, sejak kapan kamu mendengarkan perkataan orang lain?” tanya Alba dengan nada tegas. Haruno tersentak mendengarnya. Dia berhenti menangis. “Sejak kapan kamu mendengarkan cemohan mereka. Haruno yang aku kenal tidak pernah menganggap serius apa yang dikatakan oleh kedua orang tuanya. Kenapa sekarang malah merasa sensitif dengan anggapan orang lain tentangmu?”

Haruno mencoba memahami perkataan Alba. Lalu dia membuka mulutnya.

“Mungkin semenjak melihat kekecewaan di mata Bugyamu dan kedua orang tuaku, aku mulai merutuki diriku sendiri. Aku mulai berkaca, apakah aku merupakan gambaran dari pamanku sebagai produk gagal seperti yang sering dikatakan oleh ayahku. Aku tidak tahu. Seperti manusia yang kehilangan penglihatan dan berjalan tidak tentu arah tanpa membawa tongkat. Mungkin seperti itulah aku. Setelah itu, aku mulai terganggu dengan perkataan orang lain yang selalu membicarakanku di belakang. Aku merasa seperti sudah gila!”
“Kamu tidak gila. Kamu itu manusia normal seperti aku dan Kayako. Bahkan kamu itu jenius melebihi kami. Akan tetapi yang harus kamu ingat, tidak ada manusia yang sempurna. Seperti kita bertiga yang memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kenakalanmu tidak akan membuatmu menjadi orang yang tidak normal. Kenakalanmu merupakan bagian dari pengalaman hidupmu. Jadikan hal itu sebagai pembelajaran dalam hidupmu. Maka akan membuatmu menjadi pribadi yang lebih baik lagi.”

Perkataan Alba membuat Haruno kembali berpikir ulang.

‘Benar juga. Kenapa aku menjadi terlalu sensitif ya?’
“Kayako, apa yang ingin kamu katakan padanya?!” seru Alba pada Kayako yang sedari tadi hanya diam. Kayako menggelengkan kepalanya sembari tersenyum malu.
“Cepat katakan. Jangan dipendam di dalam hati. Itu tidak baik!” serunya lagi.
“Idih, Alba galak banget sih,” Haruno tertawa cekikikkan. Kayako ikut tertawa sambil memukul Haruno pelan.
“Anoo..,” Kayako berkata dengan ragu-ragu. “Haruno, apa kamu sedang datang bulan?”
“Iya.”
“Nah!” Haruno dan Alba terkejut dengan sentakan Kayako. “Makanya kamu menjadi begitu sensitif.”

Hening. Lalu beberapa saat kemudian Alba dan Haruno tertawa terbahak-bahak. Kayako melihat keduanya dengan penuh keheranan.

“Apa ada yang lucu?”
“Fhuh, nothing,” sahut Alba sambil merangkulnya dengan gemas.
“Aku kira mau ngomong apaan. Duh, Kayako,” celetuk Haruno sembari mencubit kedua pipi Kayako.

Alba bangkit dari duduknya.

“Okay deh! Sekarang kami akan membantumu mengerjakan PR.”
“Aku akan ikut membantu!” seru Kayako sambil mengacungkan tangannya.
“Ya iyalah. Tadi kan aku bilang ‘kami’, Kayako yang telmi (telat mikir) dan baik hati sedunia.”   

Haruno dan Alba tertawa lagi. Sedangkan Kayako mengerucutkan bibirnya dengan kesal.



~To be continued

0 komentar: