Haruno dan Bugyamu Part 11

Kayako
Dengan penampilan sebagai sosok Nishikawa Haruno membuat Bugyamu agak canggung berjalan di tengah-tengah kerumunan para siswi. Namun dia merasa agak senang setelah berkeliling di sekitar bangunan sekolah. Semilir angin yang terasa sejuk. Suasananya agak menenangkan. Dari beberapa bangunan yang ditunjukkan, dia paling suka taman sekolah.

Taman sekolah disana memang tampak luas. Banyak para siswi yang menggunakannya untuk membaca buku dan mengobrol. Bugyamu memberi peringkat kedua untuk taman sekolah sebagai tempat favoritnya setelah atap di sekolahnya. Atap di sekolahnya benar-benar menjadi tempat favoritnya. Di sanalah biasanya para siswa maupun siswi memakan bekal sambil bercanda ria. Lain halnya dengan sekolah asrama Kachinoka. Sekolah ini memang benar-benar favorit bagi kalangan para siswi, tetapi pintu di atap sekolah itu terkunci. Bugyamu tidak habis pikir, kenapa tempat itu terkunci. Bugyamu menarik nafas dalam-dalam.

’Aih, betapa menyenangkannya udara disini,’ pikirnya sembari menengadah ke atas. Tanpa sengaja matanya kembali mengarah ke taman. Dia melihat Alba tengah duduk di taman dengan beberapa temannya. Tampaknya mereka sedang bercanda ria. Bugyamu tersenyum melihat Alba yang tertawa lepas. ‘Wah, mereka sedang membahas tentang apa ya? Aku jadi penasaran nih.’

Bugyamu melangkahkan kaki menuju taman. Namun tanpa disangka, seseorang mencegat lengannya. Bugyamu menoleh. Ternyata Kayako yang menahannya.

“Loh, kak Kayako? Ada apa, kak?” tanyanya sumringah.

“Kamu mau kesana?”

“Hah?”

“Maksudku adalah taman,” Bugyamu hanya menjawab –oh. “Kamu tidak bisa pergi kesana.”

“Loh! Kenapa, kak?”

 Kayako berdeham sejenak.

“Karena disana diperuntukkan bagi gadis-gadis populer dari kalangan atas,” jelasnya. Bugyamu mengerutkan kening.

“Jadi kak Uno itu dari kalangan rakyat biasa?”

“Bisa dibilang begitu. Sama seperti statusku. Seorang siswi sekaligus anak yatim yang dibiayai oleh pamanku.”

“Paman?”

“Yap. Adik dari almarhumah ibuku.”

“Oh,” gumamnya pelan. Lalu dia menunjuk Alba yang tertawa bersama teman-temannya. “Jadi kak Alba bukan siswi biasa disini?”

“Tepat sekali. Alba adalah salah satu seorang putri konglomerat yang cerdas dan perfeksionis. Perilakunya yang feminin membuat dirinya memiliki banyak pengagum dari laki-laki hingga perempuan.”

Bugyamu membelalakkan matanya dengan takjub.

“Jadi pihak sekolah benar-benar mendiskriminasi para siswanya?”

“Tidak. Bukan begitu. Pihak sekolah membebaskan para siswinya untuk melangkahkan kaki disana. Tetapi ada kalanya para siswi yang berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja merasa terasing disana dan sebagian dari para siswi yang populer tidak segan-segan untuk menyudutkan para siswi yang biasa-biasa saja. Karena merasa tertekan,  para siswi yang berasal dari kalangan biasa saja tidak lagi menginjakkan kaki di taman tersebut. Mereka juga sudah lelah untuk merasa terasing.”

“Tapi kak Alba.. bukan seperti itu kan?” tanya Bugyamu dengan hati-hati. Kayako menggelengkan kepala sembari tersenyum.

“Tidak. Alba dikenal sebagai siswa populer yang paling ramah dan tulus dalam berteman dengan semua orang. Dia tidak membeda-bedakan status setiap orang. Aku sendiri merasa beruntung dapat satu kamar dengannya.”

Pandangan Bugyamu menerawang.

“Wah, aku sangat jarang menemui seseorang yang seperfect itu.”

Kayako tertawa kecil.

“Tidak ada satupun manusia yang sempurna. Setiap manusia masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.”

“Jadi kak Alba juga memiliki kekurangan?”

“Tentu saja. Kak Alba, aku, kamu, maupun orang-orang lainnya sudah pasti memiliki hal itu.”

“Kakak juga tahu kekurangan dari kak Alba?”

Kayako tertawa lagi. Kali ini tawanya agak keras. Lalu beberapa detik kemudian tawanya berhenti. Dia memandang Bugyamu dengan tatapan serius.

“Tentu saja. Sudah hampir dua tahun aku dan dia menjadi teman sekamar,” Bugyamu menunggu kelanjutannya. Kemudian Kayako mendekati telinga kanan Bugyamu. “Tetapi aku tidak dapat memberitahumu tentang itu. Karena hal itu benar-benar rahasia. Kamu tidak boleh tahu.”

Bugyamu merasa agak sedih mendengarnya. Dia memasang tampang ngambeknya dengan khas mulut bebek. Kayako tertawa melihatnya.

“Oh ya! Aku kesini mencarimu karena tadi Haruno meneleponku. Katanya ada sesuatu yang penting dan kamu harus mengetahuinya.”

“Loh, bukannya hape kita semua diamankan oleh guru pengawas?”

“Aku menyimpan cadangan hape lainnya untuk hal yang darurat.”

“God! Kenapa kak Kayako baru bilang sekarang? Apalagi kak Uno juga nggak bilang sesuatu tentang hape cadangan!” serunya kesal.

“Ini bukan waktu yang tepat! Kamu harus segera meneleponnya. Ayo ikut aku ke asrama.”

Kayako memegang tangan Bugyamu sepanjang perjalanan. Bugyamu agak sedikit terkejut ketika melihat tangannya yang digenggam oleh Kayako. Entah kenapa hal itu membuat dirinya sedikit senang. Sesampainya di kamar asrama, Kayako mencoba menelepon Haruno. Lalu menyerahkan hapenya pada Bugyamu.

“Moshi-moshi, onee-chan? What’s happened?” katanya dengan suara riang.

Namun dia tidak terdengar suara kakaknya. Dia memanggil kakaknya lagi. Lalu Bugyamu mulai mendengar suara lirih kakaknya. Tiba-tiba perasaan tidak enak menelusuri hatinya.

“Bugyamu, maafkan aku.”

“Kenapa one-chan meminta maaf padaku?” setelah itu Haruno menceritakan sesuatu. Kini senyuman lebar di bibir Bugyamu mulai pudar. Dia hampir saja tidak menyangka dengan apa yang dikatakan oleh kakaknya.


“Onee-chan?” panggilnya dengan suara agak kaku. Haruno tidak lagi melanjutkan kata-katanya yang belum selesai. Dia terdiam sejenak, menunggu adiknya berbicara.

“AKU BENAR-BENAR MEMBENCIMU!!!”


~To bE cOnTiNuEd

0 komentar: