Hari pertama tidak begitu mudah baginya. Dari kesekian kelas, Kao merasa
sangat lelah dengan salah satu kelas yang diajarkannya tadi. Terutama salah
satu anak didik yang begitu tidak diinginkannya.
Kao termasuk salah satu orang yang perfeksionis, cool, sangat suka kerapian, dan benci sesuatu yang aneh, apalagi hal yang menyimpang. Dia pernah mengenal beberapa orang yang menyimpang dalam sepanjang hidupnya dan hari ini menemui kembali ‘orang menyimpang’ yang lain. Memikirkan tentang cewek aneh tadi, membuat dadanya terasa sesak. Salah satu kelemahannya, hampir tidak bisa mengendalikan emosi kemarahannya.
Kao baru saja pindah di rumah kontrakan yang tidak seberapa luas. Tentu saja kebersihan di lingkungan itu yang paling utama baginya. Kolam ikan berukuran medium dan tanaman-tanaman di halaman rumah membuatnya agak nyaman. Ia yakin akan segera beradaptasi dengan mudah disekitar komplek ini.
Dia masih malas untuk berganti baju dan memutuskan untuk duduk berselonjor di depan halaman rumah.
“Anu, maaf.. apakah anda yang baru saja pindah disini?” suara orang asing mengagetkannya. Tampak seorang wanita berusia paruh baya sedang memandanginya di depan pagar rumah.
Kao segera menghampirinya.
“Ya, itu saya. Ada apa, bu?”
Wanita itu tersenyum.
“Anu, nama saya Harada Megumi. saya sangat senang mendapatkan tetangga baru. Saya selalu membagikan brownies cake pada tetangga baru saya.”
Kao menerima bungkusan yang diberikan oleh wanita itu.
“Terima kasih, bu. Saya Hayatemizaki Kakao. Senang bertemu dengan anda.”
“Anu.. saya juga membuka cafe di rumah saya?” kata wanita itu terlihat setengah kikuk. Pandangannya selalu mengarah ke bawah.
“Oh, jadi cafe di sebelah itu milik anda? Kapan-kapan saya akan berkunjung disana.” Kao tersenyum. Wanita itu bertambah kikuk.
“Anu.. kalo begitu saya permisi dulu. Kalau.. ano, ada masalah apa, tanya saja pada keluarga kami. Saya.. pemisi dulu.”
Wanita itu langsung berjalan kembali memasuki cafe.
Kao kembali memasuki rumah.
Kao kembali memasuki rumah.
***
‘Ting.. tong!’ Kao segera membuka pintu rumah.
Seorang cowok dengan wig rambut berwarna kuning sedang tersenyum lebar padanya. Kao memundurkan langkahnya secepat kilat.
“Aoi-chan, Sedang apa kau disini?”
Kepala Aoi kun melongok di balik pintu.
“Memangnya tidak boleh mengunjungi sodara sendiri? Wah, ruangannya luas sekali!!!” Aoi menghambur ke dalam ruangan. Kao mendelik kembali.
“Eiittt.. lepas dulu tuh sepatu!”
Kaki Aoi yang baru saja menginjakkan lantai ruang tamu, berbalik kembali di depan pintu.
“Iyaa, iya!” katanya manyun. Kao mengikutinya dari belakang. Aoi Kun merebahkan dirinya di kursi sofa triple yang saling berdempetan. “Kakak nggak main ke rumah? Ayah dan ibu kangen banget loh,” ucapnya mulai membuka pembicaraan.
Kao duduk disebelahnya.
“Mungkin nanti. Aku belum membongkar semua barang di dalam kardus.”
“Mau kubantu?”
“Tidak usah.”
Keduanya terdiam.
“Kau.. masih memakai wig?” tanya Kao perlahan.
“Ada masalah? Wig sudah menjadi style in my life, kak.” Aoi tertawa terbahak-bahak.
‘Dia sama sekali tidak ada perubahan. Aku merasa sedikit terganggu.’ keluh Kao dalam diam.
“Bagaimana kabar ayah dan ibu?”
“Baik,” suasana kembali hening. “Kiya juga baik-baik saja,” lanjut Aoi lagi.
“Oh. Syukurlah,” Kao mulai bangkit dari duduknya. “Kamu mau minum apa? Aku punya jus.”
“Kakak menghindari Kiya kan?”
Kao memaparkan senyum dengan menarik sudut bibir ke atas.
“Kamu bicara apa sih. Kakak pindah karena pekerjaan ini. Lagipula arah sekolah tidak jauh dari sini.”
Aoi Kun beranjak dari duduknya dan mendekati Kao yang membungkuk, mengambil sesuatu di dalam kulkas. Kedua tangan Aoi Kun memeluk Kao dari belakang. Kao langsung membatu.
“Aku sayang kakak. Kiya juga sayang kakak. Kita berdua adiknya kakak. Jangan lupain kita, kak.”
Aoi melepaskan rangkulannya dan berlari keluar rumah. Kao masih terdiam.
‘Ini semua karena sikap kalian yang tidak normal.’ hatinya bersuara kembali.
(Kok jadi sinet gini):D
***
“Senseeiiii..,” Kao menoleh ke belakang.
Dia baru saja sampai di depan pagar sekolah. Ai Jimai berlari cepat ke arahnya. Kao mulai merasakan hawa horor disekitarnya. Dia langsung melarikan diri.
“Sensei.. tunggu, ukyuuu!!!!” dia menoleh lagi.
Rupanya Ai Jimai masih mengejarnya. Bahkan sudah hampir mendekatinya. “Larinya cepat juga!’ pikirnya. Kao tetap berlari kencang.
“Sensei.. hati-hati, ukyuuu!!!!” Kao tetap berlari sembari menoleh ke belakang.
Ai Jimai tidak mengikutinya lagi dan hanya melihatnya dari jauh. Dia menoleh ke depan lagi.
Tiba-tiba ekspresinya langsung terkejut. Dia sudah berada di ujung lapangan dan menabrak matras-matras yang sengaja diletakkan disitu untuk digunakan kelas olahraga pagi ini. Beberapa matras banyak yang roboh, sedangkan tubuh Kao langsung mental ke kolam ikan.
“Kyuu.. sensei?” Ai Jimai berlari menuju kolam ikan.
Kao terbangun dan menyemburkan air kolam dari mulutnya. Dia mulai merasa jijik dengan bau amis yang mulai melingkupi badannya.
“Kenapa kamu masih disini? Waaa, materi-materi saya!!!” Kao mulai kebingungan. Semua file materi kelas berada di dalam tasnya. Parahnya, resleting tas itu setengah terbuka. Kao lupa menutup resleting tas itu.
“Bagaimana saya mengajar nanti..???!” jeritnya kesal. “Kamu ngapain masih disini?” ulangnya pada Ai Jimai.
Ai Jimai tersipu malu.
“Saya.. hanya ingin menyapa sensei,” katanya sambil mengedipkan sebelah matanya.
Kao memundurkan langkahnya setengah ketakutan. Tetapi malah terjerembab kembali di dalam kolam. Dia meringis kesakitan. Kao segera tersadar bahwa ia mulai merasakan neraka dalam awal kehidupan barunya.
~to be continued
Matsuo Miyako says,"Kao masih menjadi pusat utama sebagai peringkat problema terbanyak, tapi jangan khawatir, episode mendatang akan ada life dari tokoh lainnya, okay?!!":)
0 komentar:
Posting Komentar