Haruno dan Bugyamu Part 7

Beberapa Menit yang Lalu…

Bugyamu bergegas menuju sekolahnya dengan sepeda ontel milik kakaknya. Sesampainya disana, dia melihat kakaknya baru saja keluar dari pagar sekolah. Bukan! Lebih tepatnya seorang gadis yang mengenakan pakaian karate dan memakai wig sambil menuntun sepeda ontel. Bugyamu membelalakkan matanya. Entah kenapa dia seakan-akan sedang melihat dirinya sendiri. Sosok fisik Bugyamu yang terpantul di depan kaca. Dia hampir tidak mengenali kakaknya sendiri!

Bugyamu dan Haruno semasa kecil
“Onee-chan!”

Bugyamu berteriak sambil menyebrang jalan dengan sepedanya. Sementara itu Haruno tampak terkejut dengan kedatangan adiknya. Dia celinguk kanan-kiri, berharap tidak ada satupun orang yang melihat mereka berdua.

“Bugyamu, kenapa kamu kesini? Seharusnya kamu kirim kabar lewat email dulu sebelum kesini. Waduh!” pekik Haruno sambil terus celingukan kesana-kemari. Setelah dirasa aman, Haruno kembali melihat adiknya. Dia tersenyum sesaat ketika melihat adiknya sedang memegang kemudi sepeda pinky dengan keranjang di depannya.

“Waw, ternyata adikku lebih terlihat cocok dengan sepedaku yang girly itu ya,”

“Aku.. terpaksa!” geramnya. “Kenapa kakak berpura-pura menjadi aku?! Aku kan sudah bilang kalau aku nggak bakal ikut-ikutan permainan kakak yang konyol itu. Bagaimana dengan eskul karate? Pasti kakak menghancurkan image-ku. Pasti teman-temanku dan kak Shou menertawakan semua gerakan karate kakak! Padahal sudah seminggu ini aku berlatih karate hanya untuk membuat teman-teman dan kak Shou terkesan.”

Haruno yang semula tersenyum, kini senyumnya mulai pudar. Baru kali ini  dia berhadapan dengan kemarahan adiknya. Padahal selama ini dia mengenal Bugyamu yang ceria dan suka jahil. Haruno menundukkan kepalanya.

“Maafkan aku. Aku tidak tahu kalau kamu menganggap ekskul karate sepenting itu. Aku benar-benar merasa bersalah. Baiklah, kakak janji tidak akan memaksamu untuk mengikuti permainan konyolku itu. Tetaplah jadi adik yang baik,” ucapnya pelan. Perlahan-lahan kemarahan Bugyamu mulai lenyap. Dia mendadak insyaf karena baru saja dia membentak kakaknya. “Aku pulang dulu.”

Haruno mendorong sepeda dengan wajah tertunduk. Bugyamu langsung menahan lengan kakaknya.

“Maafkan aku juga, kak. Karena aku sudah berbuat tidak sopan padamu. Tidak seharusnya seorang adik membentak kakaknya.”

Wajah Haruno kembali cerah. Dia mengusap riak-riak air mata yang hampir menyeruak dari sudut matanya. Dia kembali tersenyum. Lalu tanpa sengaja matanya melihat Shou yang baru saja berlari keluar ruangan olah raga.

“Bugyamu, ada kak Shou! Cepat sembunyi!” Bugyamu segera berjalan sembari menuntun sepedanya menuju pohon besar untuk bersembunyi. Sepedanya disandarkan begitu saja di balik pohon. Dia pun juga berusaha agar tidak terlihat oleh pelatihnya itu. Dia mendengar begitu jelas kak Shou memanggil namanya.

***

Malam itu Bugyamu telah mempersiapkan segalanya. Pakaian kakaknya, sepatu hitam kakaknya, dan berbagai barang milik kakaknya. Besok pagi dia akan memulai misinya untuk menjadi seorang Nishikawa Haruno. Kebetulan kedua orang tuanya besok pagi juga pergi ke Amerika untuk mengurus pernikahan Salamire, kakak sepupunya selama dua minggu. Hal itu membuat keduanya lega.

“Ingat, kak. Ayah dan ibu mempercayakan rumah padaku. Karena kita bertukar peran seperti ini, aku harap kakak dapat bertanggung jawab dalam menjaga rumah. Jangan mudah percaya pada orang asing yang datang ke rumah, okay?”

Haruno tersenyum geli mendengar penuturan adiknya. Dia menepuk bahu adiknya perlahan.

“Iya, iya, Bugyamu. Bawel banget sih. Oh ya, tadi aku sudah menghubungi kedua sahabatku, Alba dan Kayako untuk menjagamu selagi disana.”

“Benarkah? Terima kasih ya, kak. Tapi aku belum memberitahu temanku untuk menjagamu.”

“Tenang saja. Penyamaranku nggak bakal ketahuan kok. Aku yakin rencana bakal berjalan sukses selagi aku memakai korset di dada,” kata Haruno sambil menunjukkan korset yang berada di atas tempat tidur. Setelah selesai membantu adiknya menata barang, Haruno hendak kembali di kamarnya. Baru berjalan beberapa langkah, dia berbalik lagi.

“Bugyamu,” adiknya menoleh. Haruno tersenyum sesaat. “Hanya karena aku merasa bosan di asrama, aku sampai melibatkan kamu dalam permainanku. Aku minta maaf sekaligus berterima kasih padamu.”

Bugyamu ikut tersenyum.



“Malah aku yang harus berterima kasih padamu, kak. Terima kasih karena sudah melibatkanku ke dalam dunia kakak. Aku rasa beginilah hidup. Hidup cuma sekali, maka sudah seharusnya sesekali aku mencoba tantangan yang berbahaya. Aku senang karena kakak memberikanku kesempatan untuk menjelajah di dalam kehidupan kakak.”


~To bE cOnTiNuEd

0 komentar: