Malam itu, Bugyamu mencoba menghubungi nomer
kakaknya berkali-kali. Namun Haruno tidak mengangkat teleponnya. Bugyamu
menjadi agak khawatir. Kakaknya sendirian di rumah dan tidak menguasai beladiri
apapun untuk menjaga dirinya. Sempat terbesit apabila terjadi sesuatu seperti
seorang pencuri yang berusaha membobol rumahnya dan kakaknya tidak mengetahui
hal itu. Bugyamu begitu resah memikirkannya. Dilihatnya Alba dan Kayako sudah
tertidur di tempat tidur masing-masing. Dia mencoba menghubungi kakaknya
kembali.
![]() |
Haruno tertidur saat Bugyamu meneleponnya |
“Konbanwa, Bugyamu,” akhirnya diangkat juga! Bugyamu menarik nafas lega.
“Kenapa panggilan masuk ku tidak diangkat-angkat sih? Apa telah terjadi sesuatu pada kakak?”
“Tidak ada apa-apa,” jawab kakaknya. Hening sesaat. “Kamu tidak perlu khawatir dengan Hidosu dan Tanaka. Mereka sudah tahu kalau kita berganti peran. Mereka berdua tidak mempermasalahkannya. Tetapi..,”
“Tapi?”
“Seberapa dekat kamu dengan Airin-chan?”
“Umm, pasti kakak sudah mengetahui tentang aku dan Airin-chan ya? Pasti kakak merasa risih dengan segala perhatian Airin-chan yang berlebihan kan?”
Tanpa sadar, Bugyamu menganggukkan kepalanya.
“Tetapi seharusnya kakak tidak perlu menciumnya. Aku tidak ingin Airin-chan berpikir yang berbeda tentangku.”
“Maka dari itu, Bugyamu. Airin-chan merasa kalau aku telah mempermainkan hatinya. Aku merasa bersalah karena telah membuatnya menangis dan marah bercampur jadi satu. Dia berjanji akan menjauhimu dan berhenti untuk menyukaimu. Aku merasa bimbang apakah dia harus aku beritahu tentang kebenaran kalau aku bukan Bugyamu?”
Hening. Haruno memanggil adiknya. Tak lama kemudian, Bugyamu kembali bersuara,
“Baguslah. Dia tidak perlu repot-repot untuk mengekor padaku lagi.”
“Jadi.. kamu tidak suka padanya?” tebak Haruno setengah berteriak.
“Aku suka berteman dengannya. Tetapi hanya sebatas teman, tidak lebih. Lagipula bukankah kakak sudah tahu kalau Hidosu selalu mencari cara untuk mendekati Airin-chan? Akan lebih baik jika Airin-chan bersama dengan Hidosu, cowok yang selama ini menyukainya. Bahkan aku tidak menampik kenyataan bahwa tingkah laku Airin-chan dan Hidosu itu sangat mirip. Keduanya begitu berani mengejar seseorang yang disukainya.”
“Lalu bagaimana dengan dirimu? Apakah kamu benar-benar menganggapnya sebatas teman?” tanya Haruno lagi. Lama sekali Bugyamu tidak menjawab perkataannya.
“Airin-chan dan Hidosu akan menjadi pasangan yang serasi,” kata Bugyamu kemudian.
‘Bugyamu tidak menjawab pertanyaanku. Dia malah
berkata lain. Bugyamu, bagaimana perasaanmu yang sebenarnya?’ pikir Haruno.
“Lalu bagaimana dengan ekskul karate tadi? Apakah one-chan bertemu dengan kak Shou?”
DEG! Hanya karena Bugyamu menyebut nama Shou
saja, sudah membuat Haruno sedikit berdebar.
“Ya, aku bertemu dengannya. Tetapi ekskul karate sudah selesai. Lalu dia mengobrol denganku.”
“Wah, benarkah? Aku senang sekali mendengarnya.”
“Bugyamu, aku boleh tanya sesuatu?”
“Hem, boleh!”
“Apa yang kamu tahu tentang kak Shou?”
“Emm.. apa ya? Kak Shou itu selalu berpikir dewasa, ramah, selalu jujur, dan murah senyum. Dia benar-benar orang yang baik. Dia adalah seseorang yang aku kagumi dan aku hormati.”
“Oh.”
Bugyamu mengerutkan kening dengan heran.
“Kenapa kakak bertanya tentang kak Shou? Apakah.. kakak juga mengaguminya?”
Haruno terkekeh.
“Ya. Mungkin aku juga mengaguminya. Bagaimana ya? Tadi sore dia bilang kalau sebenarnya.. dia menyukaimu.”
“Hah? Benarkah? Aku senang sekali mendengarnya. Terima kasih ya, kak. Berkat onee-chan, kak Shou dapat membuat namaku baik di hadapan kak Shou.”
“Bukan begitu! Maksudku dia benar-benar menyukaimu! Dia suka dirimu yang enerjik, suka melihat tawamu, suka jiwamu yang bersemangat, dan semua yang ada pada dirimu. Dia selalu memikirkanmu. Karena saking bingungnya, aku memutuskan untuk pergi tanpa bilang apapun.”
“Apa kakak yakin kalau kak Shou yang mengatakannya?”
“Dia benar-benar kak Shou! Apa.. itu berarti kak Shou adalah seorang gay?”
Bugyamu tertawa mendengar pertanyaan kakaknya.
“Ya enggak lah, kak. Apa yang dikatakan oleh kak Shou tentang alasan sukanya itu ada pada diri kakak. Karakter itu bukan dari diriku tetapi ada pada diri kakak.”
“Tapi aku kan menyamar menjadi seorang laki-laki? Dia melihatku sebagai laki-laki, dik.”
“Aku boleh memberi saran?”
“Boleh. Saran apa?”
“Jika kakak juga menyukainya, temui kak Shou dan jujur padanya. Dia pasti akan mengerti.”
~To bE cOnTiNuEd
0 komentar:
Posting Komentar