“Apa?! Onee-chan mengikuti ekstrakurikuler bahasa inggris??!” serunya kaget.
Bugyamu tidak habis pikir. Dari sejumlah ekstrakuriler, kakaknya lebih memilih English club. Bugyamu sangat mengenal kakaknya yang unggul dalam bidang mata pelajaran apapun. Jangankan mengikuti English club, Bugyamu sangat rumit dalam mengatasi berbagai mata pelajaran. Pasalnya, Bugyamu berkebalikan dengan kakaknya. Bugyamu lebih unggul dalam bidang olah raga.
![]() |
Bugyamu membaca buku dari english club |
“Iya. Sekarang aku akan mengantarmu kesana. Kebetulan aku hendak ke ruangan wali kelas kita. Ada yang perlu kubicarakan pada beliau. Ayo kita kesana,” ucap Alba.
Bugyamu sedikit panik ketika Alba keluar duluan dari ruangan kamarnya. Bugyamu masih tidak beranjak dari tempatnya berdiri. Dia membayangkan sesuatu yang seram berkaitan tentang English club tersebut. Dia menoleh ke arah Kayako yang masih membereskan tempat tidurnya.
“Kak, mungkin aku tidak pergi kesana,” katanya lirih.
Kayako selesai menata tempat tidurnya. Lalu dia berjalan mendekati Bugyamu sambil tersenyum.
“Bukankah kakakmu juga berjuang menghadapi karate?”
“Iya sih. Tetapi itu kan karena onee-chan selalu serba bisa!”
“Bagaimana dengan kamu? Jika Haruno bisa, maka kamu pasti juga bisa menghadapinya.”
“Ano..,” Bugyamu hendak berbicara, namun ditahannya. Wajahnya tampak sedih.
“Aku yakin kamu bisa. Kamu harus memulainnya dengan sedikit keberanian,” Kayako menggenggam kedua tangan Bugyamu. “Kalau kamu berhasil, aku janji akan mentraktirmu ice cream.”
Raut wajah Bugyamu langsung berubah.
“Ice cream?” tanyanya dengan wajah cerah.
Kayako menganggukkan kepala sambil tersenyum lagi.
“Bugyamu?” kepala Alba melongok di pintu kamar yang setengah terbuka.
“Yosh! Aku akan berusaha! Kak Kayako janji ya!” serunya dengan bersemangat. Lalu dia berjalan keluar ruangan. Kayako melihat kepergian Alba dan Bugyamu sambil tetap tersenyum.
***
“Airin-chan dari kelas 2-3. Airin-chan mengaku jatuh cinta pada pandangan pertama saat Bugyamu memberikan sapu tangan miliknya. Waktu itu setelah upacara penerimaan siswa baru, tanpa sengaja Bugyamu melihat Airin-chan yang bersin beberapa kali dan sedikit menggigil. Maka dari itu dia memberikan sapu tangannya untuk Airin-chan. Bugyamu tidak pernah memintanya kembali. Hal itu membuat Airin-chan memutuskan untuk selalu mengikuti Bugyamu kemana saja sampai Bugyamu membalas cintanya.”
Mendengar cerita Hidosu membuat Haruno agak
bengong. Dia tidak habis pikir, ada seorang gadis manis yang jatuh cinta pada
adiknya yang manja dan hobi menendang kakaknya.
“Tetapi yang aku tahu, Bugyamu tidak pernah mengatakan bagaimana perasaannya terhadap Airin-chan. Selama ini dia memperlakukan Airin-chan dengan baik dan sabar. Aku rasa Bugyamu hanya menganggapnya sebatas teman.”
‘WHAT?! Adikku yang tidak pernah bisa menunggu
untuk memakan mie ramen yang masih panas dan sikapnya yang kekanak-kanakkan itu
mampu bersabar dihadapan seorang cewek yang menyukainya?!!’
Haruno tidak dapat
membayangkan bagaimana sikap adiknya yang tampak cool dihadapan orang lain.
Sementara yang dia tahu, Bugyamu tidak seperti itu. Haruno tidak dapat menahan
tawanya. Tanaka dan Hidosu saling berpandangan dalam diam.
“Senpai, masih waras?” ucap Hidosu dengan tatapan khawatir. Haruno mencubit lengan Hidosu. “Wadaaw!” Hidosu menjerit kesakitan.
Mereka masih berjalan melewati lorong sekolah
yang sepi. Tanaka melihat seorang cewek yang dikenalnya. Cewek itu sedang
berdiri dan bersandar di tembok. Seakan-akan sedang menunggu seseorang. Tanaka
menepuk pundak Haruno.
“Senpai, itu..,” dia menunjuk cewek itu. Cewek itu menyadari keberadaan mereka. Dia berlari-lari kecil sembari melambaikan tangannya.
“Nishikawa-kun!” Haruno mencoba untuk bersikap tenang, setenang adiknya.
“Hai, Airin-chan. Kamu belum pulang?” Airin menganggukkan kepalanya.
“Iya. Jam istirahat tadi aku mencari Nishikawa-kun kemana-mana. Tetapi aku tidak menemukanmu. Padahal aku sudah kangen. Makanya aku kesini untuk menemui Nishikawa-kun sebelum pulang.”
‘Wah, gadis ini benar-benar berusaha keras
untuk mendapatkan hati Bugyamu. Aku salut pada perjuangan Airin. Tetapi aku
merasa risih dengan segala perlakuannya yang berlebihan itu. Apa yang dirasakan
oleh Bugyamu saat gadis ini mendekatinya, menyentuhnya, dan berbicara dengan
berani?’ pikir Haruno dalam diam.
“Wah, Airin-chan blak-blakan ya? Aku juga rindu padamu, Airin-chan,” goda Hidosu sambil melebarkan kedua tangannya, hendak memeluk Airin. Gadis itu cukup cekatan menghindari pelukan Hidosu. Haruno dan Tanaka tertawa melihat tingkah Hidosu.
“Sudahlah, Hidosu. Tolong berhenti menyukaiku. Aku dan Nishikawa-kun saling menyukai. Kamu tidak boleh bersikap begitu padaku. Iya kan, Nishikawa-kun?”
Haruno sedikit terkejut ketika Airin meminta
pendapatnya. Haruno menggigit bibirnya dengan cemas.
“Ano.. Airin-chan, aku tahu kamu adalah gadis yang baik. Aku minta maaf karena sebelumnya telah mencium pipimu. Itu semua aku lakukan untuk mendapatkan saputangan itu kembali. Maafkan aku ya, Airin-chan. Aku sudah berbuat yang tidak sopan kepadamu.”
Haruno mengangkat wajahnya. Dia terpaku saat
melihat bulir-bulir air mata Airin.
“Airin-chan..,” Hidosu hendak memegang pundaknya. Airin langsung memundurkan langkahnya.
“Aku tahu kalau sikapku tidak tahu malu. Mengejar seorang cowok yang aku suka. Tetapi sampai sekarang aku tidak tahu bagaimana perasaanmu kepadaku. Aku selalu bersemangat sampai kau jatuh hati padaku. Penjelasan Nishikawa-kun tadi membuatku menyadari betapa tidak tahu malunya aku. Aku bukan cewek sembarangan yang bisa dicium begitu saja. Aku.. aku akan berhenti menyukaimu!”
Haruno tercekat mendengarnya. Dia mencoba
mendekati Airin. Namun Airin tetap memundurkan langkahnya. Air matanya mengalir
deras.
“Aku membencimu! Nishikawa-kun, tolong jangan mendekatiku lagi. Aku akan menghapus dirimu dalam ingatanku!!!”
Airin berlari
meninggalkan mereka bertiga. Hidosu berteriak memanggilnya, namun Airin
tetap berlari.
“Senpai, kau harus mengatakan yang sebenarnya! Senpai harus bilang kalau kau dan Bugyamu sedang berganti peran!”
Haruno menggigit bibirnya lagi. Sebenarnya dia
juga bingung harus melakukan apa.
“Untuk sementara, aku tidak ingin dia tahu. Bagaimanapun juga aku tidak bisa membeberkan rahasiaku pada sembarang orang.”
Hidosu berbicara lagi, “Sembarang orang?
Airin-chan bukan sembarang orang, senpai. Cewek itu adalah teman Bugyamu dan
teman kami juga. Setidaknya tolong hargailah perasaannya. Bagaimana kalau
Bugyamu juga menyukai Airin-chan?”
“Baiklah! Aku akan segera menanyakan bagaimana perasaan Bugyamu yang sebenarnya! Hari ini juga!” seru Haruno kemudian. Hidosu berhenti bicara. “Tapi.. bagaimana dengan perasaanmu? Bukankah kamu juga menyukainya?”
Hidosu menundukkan kepalanya.
“Benar, aku menyukainya. Benar-benar menyukainya. Tetapi asalkan aku melihat senyumannya, itu sudah cukup buatku. Aku akan cukup senang kalau ternyata Bugyamu juga memiliki perasaan yang sama. Dengan begitu, Airin-chan akan bahagia bersama adik senpai.”
“Hidosu..,” panggil Tanaka.
Hidosu tidak
menghiraukannya. Dia tetap berjalan sembari menundukkan kepalanya.
“Senpai, bagaimana ini? Senpai harus melakukan sesuatu,” desak Tanaka.
“Aku tahu. Aku janji akan segera mencari tahu perasaan Bugyamu yang sebenarnya.”
~To bE cOnTiNuEd
0 komentar:
Posting Komentar