Haruno and Bugyamu! Part.3



Pokoknya hari ini aku harus mengambil hatinya. Yaa... hati adikku tersayang!
"Bugyamuuuu....," kubuka pintu kamarnya, namun tidak ada sosok Bugyamu sedikitpun. Kemana dia?
"Adikmu baru saja berangkat latihan karate dengan tergesa-gesa sehingga melupakan bekalnya lagi, heahh," kudengar teriakan ibu dari arah dapur.
Pasti dia berusaha menghindariku! Aku harus berhati-hati.
"Akan aku antarkan, bu," seruku tiba-tiba.
Kedua mata ibu langsung membelalak.
"Maksudmu bekal adikmu?" tanyanya tidak percaya.
Kuanggukkan dengan mantap. Lantas kucium pipinya dan menyabet bekal Bugyamu yang terbungkus dengan rapat. Dengan segera kukayuh sepedaku dengan cepat.
'Ini pasti akan menjadi sebuah kejutan dan dia pasti mau membantuku!' jeritku dalam hati penuh kegirangan. Setelah sampai di sekolah, kulempar begitu saja sepeda ontelku di depan halaman aula. Tiba-tiba saja, ada yang menarikku.
"Hei, sepedamu tidak boleh diletakkan disini begitu saja," suara kalem penuh ketegasan membuat bulu kudukku berdiri.
Aku langsung berbalik ketakutan. Kulihat seorang pemuda berbadan tegap, tinggi dan berseragam karate menyiratkan pandangan tajam. Diriku tertegun sesaat.
"Hei, sepedanya harus diparkir disana," kedua mataku langsung mengikuti arah telunjuknya.
Ealah, rupanya sebelah kanan aula terdapat tempat parkir. Kenapa aku tidak menyadarinya?
"Eeh.. ooh... makasih. Emmh, maaf. Aku akan segera memarkirnya," sahutku cepat sembari mengangkat kembali sepeda yang kugeletakkan tadi.
Kutuntun sepedaku pelan-pelan. Akan tetapi aku seperti merasa masih diikuti. Terpaksa aku menoleh kebelakang. Glek! Kenapa dia masih mengikutiku?
"Eh, aku nggak usah diikuti gih. Aku merasa tidak enak," sahutku jujur.
Lantas pemuda semampai itu tertawa terbahak-bahak. Wajahku heran penuh tanda tanya.
"Siapa yang ngikuti kamu? Aku juga mau kesana," pemuda itu berjalan cepat menuju tempat parkir dan berjongkok di depan salah satu sepeda ontel keemasan. Dengan penuh penasaran, segera kuparkir sepeda dan berjalan kearahnya.
"Kamu lagi ngapain?" tanyaku seraya ikut berjongkok disebelahnya.
Tampak wajahnya agak serius mengamati roda bagian belakang sepeda ontel keemasan itu. Aku ikut mengamati sepeda tersebut.
"Aku agak bingung. Pada waktu perjalanan kemari, sepedaku tidak sengaja bertabrakan dengan motor balap yang mendadak berada disebelahku dengan kecepatan tinggi. Entah apa yang terbentur, sehingga sangat sulit ketika dikayuh," ucapnya panjang lebar. Aku mendengarnya dengan seksama. Lantas kuamati roda di bagian belakang. Kuamati, kuamati dan kuamati. 'Owh... ini ada yang salah!' pikirku cepat. Dengan cekatan, kuangkat bagian rantai yang sedikit keluar. Kucocokkan secara perlahan dan memutar bagian ontelnya. Semakin lama semakin rantainya masuk, pas dan tidak keluar lagi. Yap! Selesai!
"Sepertinya sudah tidak apa-apa. Nah, sekarang coba kayuhlah," sahutku sembari membersihkan telapak tangan yang agak hitam bekas rantai tadi di belakang celana.
Pemuda itu langsung menarik tanganku dan memberikan sapu tangan yang berada di sakunya
"Makasih," seruku dengan wajah agak malu.
Akhirnya, dia mencoba mengayuh sepeda ontel itu secara perlahan. Kemudian semakin lama berkeliling semakin cepat. Aih, sepertinya rantai itu tidak terlihat keluar lagi.
"Terima kasih ya. Syukurlah, sepeda adikku tidak rusak heheee," sahutnya girang. Aku pun ikut tertawa.
"Oh, jadi itu punya adikmu. Makanya kamu tidak tahu hal semudah itu. Mungkin saja sepeda kamu hanya terbentur dan mengakibatkan rantainya keluar," kami berdua tersenyum sesaat. Lalu pemuda berseragam karate itu mengangkat tangannya.
"hajimemashite,  Yamada Shou. Aku adalah kakak pembina karate di sekolah ini," kubalas salam perkenalannya dengan wajah sumringah.
"Nishikawa Haruno. Douzo Yoroshiku.'Apakah anda siswa disini?"
"Bukan. Saya sudah mahasiswa tapi setiap minggu mengajar disini sebagai kakak pembina karate."
"Berarti kamu kenal adikku. Pagi ini dia ada jadwal karate di sekolah dan lupa membawa bekalnya," kutunjukkan bekal Bugyamu yang menggantung di lengan kiriku.
"Adikmu sekolah disini? Siapa namanya?" tanyanya cepat.
"Nishikawa Bugyamu."
"Onee-chan!" tiba-tiba muncul suara dari arah aula.
Aku dan Shou langsung berbalik ke belakang. 'Bugyamu?' desisku pelan. Kulihat dia menghampiriku dengan tampang jutek. "Kakak ngapain kesini?"
"Heahem, kamu melupakan bekalmu," kuangkat bekal yang kubawa tadi. Tampak wajah Bugyamu agak memerah.
"Aku tidak mau bekal lagi. Aku kan sudah besar," keluhnya kemudian. 'Apa?' aku mulai menyadari wajah malunya yang sekilas melirik Shou. Tawaku meledak seketika. Bugyamu terlihat semakin memerah.
"Apa yang kakak tertawakan??! Pokoknya aku nggak mau lagi," dumelnya lagi. Aku langsung terdiam dan mengambil sikap tegas. Lalu menyerahkan bekal itu di tangan Shou.
"Kamu harus menerimanya. Itu buatan mama tersayang!!! Lagipula yang mengatakan kalau dirimu sudah besar itu siapa? Masih lebih dewasa aku kali'," kumeletkan lidah dihadapannya dan mengambil sepeda secepat mungkin. "Yamada-sama, tolong rayu dia ya agar mau memakan bekalnya heheee, Mata au hi made!" jeritku dengan senyuman khas. Sekilas Shou terlihat mengerlingkan matanya sembari tersenyum. Kukayuh sepedaku dengan cepat. Terdengar teriakan Bugyamu agak samar-samar. Aku hanya terus mengayuh sepeda dengan girang.
seragam sekolah Haruno
"KAKAK MEMANG LEBIH DEWASA, TETAPI AKU JUGA LEBIH TINGGI DARIPADA KAKAK! UGH!"

^^To be contiued

0 komentar: