![]() |
Nishikawa Bugyamu and Nishikawa Haruno |
Kak Uno itu
maunya apa sih?! Malu-maluin aku ajah, di depan kak Shou lagi! Pasti sekarang
kak Shou berpikir jika aku adalah anak yang manja??!!!! Tapi kenapa kak Uno
bisa kenal sama kak Shou? Wah, ini pasti salah satu trik kakak agar aku mau
mengikuti rencana jeleknya itu! Huh, aku harus lebih waspada!
"Kakakmu perhatian banget ya," gumam seseorang yang ikut makan disebelahku.
Aku
langsung menoleh.
"Eeh... kak Shou?!" mataku terbelalak dengan cepat. Kurasakan ketegangan yang tinggi pada telapak tanganku alias gemetar!
"Eh, tanganmu nggak apa-apa? Bekalmu mau jatuh tuh!" sahut kak Shou dengan wajah keheranan.
Matanya mengarah pada kedua tanganku yang memegang bekal
sembari gemetaran. Cepat atau lambat, segera kuhentikan aksiku. Aku tidak
menyadari kehadiran kak Shou sama sekali. Sejak kapan dia berada disebelahku?
"Kenapa kamu tidak memakan bekal itu? Sebentar lagi kita akan kembali latihan loh!" katanya lagi dengan menyondongkan tubuhnya di depan bekal yang kupegang.
Ha? Apa dia menghirup aroma bekalku ya?
"Ini.. ayam goreng kremes. Kakak mau?" tawarku kemudian. Kak Shou mulai mengedipkan matanya sekali. Dua kali. Bahkan tiga kali. Hah! Apakah dia akan marah? Apakah dia akan menghajarku?!
"AKU TIDAK LAPAR, KAK! INI BUAT KAKAK SAJA!" dengan segera, kuberikan bekal yang kupegang padanya. Agak canggung, memang. Tanpa ijin, aku segera mengambil tas dan meninggalkan ruangan dengan langkah gemetar.
* * *
Akhirnya aku
mencuri kesempatan emas untuk merayunya. Hahahaa... Haruno memang hebat! Sudah
mengayuh sepeda sejauh ini, tanpa sadar sapu tangan ini jadi ikut terbawa.
Masih ada bekas rantai sepeda di sapu tangan ini. Aku harus segera mencucinya
dan segera mengembalikan sapu tangan ini padanya. Siapa namanya tadi.... Yamada
Shou?
"Haruno-chan....?" kudengar suara orang memanggilku dari arah kanan jalan khusus bersepeda. Aku langsung menoleh. 'Jun?'
"Ngapain kamu melamun disini? Apa nggak takut ditabrak sepeda dari belakang??!" sahutnya ketus.
Diriku terperanjat ketika mengetahui jika dia menabrakkan
sepedanya dari belakang dengan sengaja. Dia malah tertawa hebat.
"Heh, kenapa nggak dorong aku ajah sekalian??!" sungutku kesal. Jun kembali tertawa.
Kuputuskan untuk menuntun sepeda sampai di taman. Rupanya Jun masih
mengikutiku dari belakang.
"Kamu bolos sekolah lagi ya?" tanyaku kemudian. Jun tidak langsung menjawab. Dia memainkan sepatunya maju-mundur dengan gelisah seperti biasa. 'Sudah aku duga!' pikirku dalam hati.
"Kamu sendiri kok nggak di asrama? Dihukum?" kata Jun balik bertanya. Mulutku mengerucut kesal.
"Kamu pasti bolos lagi. Dasar malas!" tiba-tiba Jun menjitak kepalaku. Aku langsung mengaduh kesakitan.
"Ya! Aku bolos! Memangnya ada masalah??!" 'Kok malah sewot sih! Dasar Jun aneh!' pekikku dalam-dalam.
Jun, sebenarnya aku mengenalnya sejak kecil. Dulu
dia sangatlah cengeng. Dia memang bukan teman satu sekolah, tetapi kita mulai
berteman dekat pada saat aku menolongnya ketika dijahili oleh teman-teman yang
nakal.Dia juga teman smp aku mulai dari tingkat pertama dan tingkat kedua.
Sekarang tidak lagi, semenjak aku pindah ke asrama. Seharusnya aku bisa saja
sekarang masih satu kelas dengan dia, jika aku tidak memasuki asrama dengan
alasan tertentu. Jun, teman sekaligus sahabat aku, dulu. Dia selalu
mendengarkan cerita aku disela tawa. Dia yang selalu mendukung aku dan
melindungi aku dari setiap hukuman yang diberikan dari guru. Dia selalu rela
membantu aku yang sebenarnya bukan masalah yang harus ditanggungnya. Akan
tetapi, semenjak masalah tragedi itu... dia selalu terlihat murung. Jun, apa
sekarang kita masih teman?
"Ngapain kamu ngeliatin aku terus? Memangnya aku enak ditonton apa?!" tuh kan dia sewot lagi!
Selalu saja dia tidak suka jika aku menanyakan tentang dirinya, apa
yang diperbuatnya ataupun tentang rumahnya. Aku masih tetap terpaku dalam
keadaan semula. Jun mulai mengalihkan pandangannya. Dia terlihat menikmati
pemandangan di depannya. Aku juga mengikuti pandangannya. Dia sedang melihat
seorang perempuan sedang asyik mendorong ayunan yang ditumpangi anaknya. Mereka
terlihat bahagia. Sedangkan Jun, terlihat kusam. Semakin merengut? Hah!
"Aku sedang dihukum selama beberapa minggu. Yaa.. semua itu gara-gara aku ketahuan bu Kepala di malam kita berkumpul itu," kataku mencoba untuk merubah suasana. Jun langsung menoleh dengan mata mendelik.
"Kamu selalu saja begitu! Nggak pernah berubah. Seharusnya kamu tidak tetap seperti ini lagi! Andai saja tidak ada kejadian seperti itu yang juga didominasi oleh kelakuan liar kamu, Haruno yang aku kenal nggak akan pernah dipaksa pindah ke asrama dan...,"
"STOP!!! Aku nggak liar seperti itu! Lagipula kejadian itu...,"
"dan kamu nggak akan ninggalin adik kedua kamu seperti ini!" lanjutnya dengan cepat.
Tak lama terlihat kekusutan dari wajahnya. Jun langsung bangkit dan
mengayuh sepedanya tanpa berbalik sedikitpun. Tanpa senyuman yang selalu
ditinggalkannya padaku. Tanpa... wait! Wait! Kenapa aku bisa lupa dengan hal
yang sepenting ini??! Kalau Jun itu memang SAUDARA TIRIKU!!!!
~To bE cOnTiNuEd
0 komentar:
Posting Komentar