Haruno dan Bugyamu kecil |
Seorang gadis kecil baru saja
selesai bermain kejar-kejaran dengan adik laki-lakinya. Mereka berjalan
memasuki rumah sambil bergandengan tangan. Baru saja memasuki ruang tamu,
mereka dipanggil oleh seorang wanita muda yang tak lain adalah ibu mereka. Di
ruangan tersebut terdapat kedua orang tuanya sedang duduk berhadapan dengan
seorang wanita dan seorang anak kecil laki-laki yang masih tampak malu-malu di
belakang tubuh wanita tersebut.
“Haruno, kesini dulu. Mama ingin kamu menemui seseorang,” Haruno melepaskan tangan adiknya dan berlari-lari kecil menghampiri mamanya.
Mamanya menuntunnya untuk bertemu dengan anak
laki-laki yang masih bersembunyi dibelakang ibunya. Gadis kecil itu melihat
anak laki-laki itu dengan penuh keingintahuan. Wanita itu segera mengangkat
anak laki-laki itu untuk duduk di pangkuannya. Gadis kecil itu mulai mengenali
anak laki-laki itu.
“Jun?” panggilnya dengan mata berbinar-binar. Anak laki-laki yang bernama Jun langsung mendongak.
“Haruno!” serunya senang. Jun pun turun dari pangkuan wanita itu dan berjalan menghampiri Haruno.
“Kamu ngapain disini?”
“Ini rumahku. Kita bertiga main bersama yuk!”
“Bertiga?”
“Iya. Bermain dengan adikku juga. Namanya Bugyamu. Sini, Amu!” Haruno memanggil adiknya yang sedari tadi masih terpaku dari kejauhan. Adiknya berlari-lari kecil menghampiri kakaknya dengan wajah sumringah.
“Halo. Aku Bugyamu.”
“Aku Jun dan itu ibuku,” Jun menunjuk wanita yang duduk di kursi, yang tidak jauh darinya.
Kedua orang tua Haruno dan ibu
Jun saling memandang sembari tersenyum. Sang ayah berjalan mendekati kedua
anaknya. Beliau menyentuh pundak keduanya.
“Nah, sekarang kalian bisa sering bermain bersama. Karena mulai dari sekarang Jun dan ibunya akan tinggal disini,” ucap ayahnya tidak henti-hentinya tersenyum.
“Wah, asyik! Jun, kita akan selalu bersama nih! Sudah ketemu di sekolah. Di rumah pun juga ketemu. Asyik sekali!!!!” seru Haruno girang.
Jun malah menunjukkan ekspresi
sedih. Dia berbalik ke arah ibunya.
“Bu, ayah juga akan tinggal disini kan bersama kita?”
Senyum ibunya langsung memudar.
“Mana ayah? Kenapa sedari kemarin Jun nggak ketemu sama ayah? Ayah belum pulang ya, bu?”
Ibunya menghambur dan memeluknya
sembari meneteskan air mata. Jun melihat wajah ibunya yang berderai dengan air
mata.
“Bu, kenapa menangis? Bu?”
“Jun, bangun! Jun?!!” mata Jun terbuka lebar. Nafasnya naik-turun. Ia segera terbangun dari tidurnya. Sonnu, cowok yang berasal dari India, yang berusia sebaya dengan Jun mengambil gelas berisi air yang berada di sebelah tempat tidur. “Ini, minum dulu.”
Jun meminum air putih yang
diberikan oleh Sonnu. Setelah merasa lega, Jun meletakkan kembali gelas itu di
atas meja.
“Arigatoo gozaimasu, Sonnu.”
“Mimpi buruk?” tanya Sonnu. Jun menggeleng.
“Masa lalu yang kembali berupa mimpi. Kejadian itu terus saja berulang. Aku takut kalau suatu hari nanti, aku tidak bisa mengendalikan diriku lagi,” ucapnya sambil memeluk lututnya.
“Tenang saja, Jun. Selagi kamu tidak memikirkannya, mimpi itu tidak akan kembali lagi.”
Jun menatap kedua mata Sonnu
dalam-dalam.
“Seorang gadis bernama Haruno. Terkadang aku menyayanginya. Namun terkadang di lain sisi, aku begitu membencinya. Sepertinya aku masih belum bisa memaafkannya.”
***
Alarm di ponsel Haruno berdering
begitu keras. Namun si pemilik ponsel itu masih belum bangun dari tidurnya.
Kayako yang mendengar alarm tersebut segera terbangun dan membangunkan Haruno
dengan mata terpejam. Haruno pun terbangun dengan malas.
“Ini masih terlalu pagi untuk bangun,” ujarnya sambil menguap.
“Do you remember, kamu masih harus menjalani hukuman selama satu semester kan?” perkataan
Kayako membuat Haruno
membelalakkan mata secepat kilat.
“Oh ya! Aku harus segera mandi,” Haruno segera mengambil peralatan mandi dan keluar kamar.
Sementara itu Kayako kembali
ambruk di atas tempat tidurnya.
Selang beberapa menit kemudian,
Haruno kembali memasuki kamar. Dia segera meletakkan handuk dan peralatan mandi
lainnya. Kemudian ia menepuk-nepuk pipinya di depan kaca. Setelah dirasa sudah
sadar sepenuhnya, ia kembali keluar kamar. Yap, setiap pukul empat pagi, Haruno
diharuskan untuk membersihkan kamar mandi, setiap lorong, menyiram
tanaman-tanaman yang ada di sekitar sekolah, dan juga bertugas menggantikan
pekerja untuk menunggu tukang pesan-antar kotak susu di depan pagar. Sebagai
bentuk penyesalan, Haruno diharuskan untuk meletakkan kotak susu tersebut di
setiap depan kamar para siswa. Hal itu sudah dilakukannya selama tiga minggu.
“Huffh, akhirnya selesai juga,” Haruno meletakkan dua kotak susu terakhir di depan kamarnya yang berada di ujung ruangan. Lantas dia meminum kotak susu miliknya sampai habis.
“Eh, kamu tahu nggak siswa yang mengantar susu ini setiap pagi?” Haruno yang baru saja menenggak habis susunya langsung berbalik. Rupanya dua orang gadis yang tidak jauh dari kamarnya baru saja keluar dan mengambil susu di depan kamar.
“Siapa sih yang nggak kenal sama dia? Cewek yang terkenal karena kenakalannya. Sepertinya gadis itu tidak ada jera-jeranya,” gadis satunya menutup pintu kamar dan mengikuti temannya yang berjalan duluan memunggungi Haruno.
“Aku nggak habis pikir, masa menyuruh adiknya sendiri untuk bertukar peran dengannya?! Itu kan tidak benar!”
“Aku pikir juga begitu. Jangan-jangan sebenarnya cewek itu nggak normal?!”
“Seperti mengalami kelainan sikap gitu?” mereka masih tampak kasak-kusuk dari jauh. Namun tidak terdengar lagi apa yang mereka katakan.
Haruno masih terpaku dengan apa
yang didengarnya barusan. Kotak susu yang telah habis itu terjatuh begitu saja
dari tangannya. Bulir-bulir air mata menyeruak dari matanya.
“Apa aku anak yang tidak normal?”
to be continued
0 komentar:
Posting Komentar