Haruno dan Bugyamu Part 6

Welcome Di dunia Karate!
Bugyamu terbangun dari tidurnya. Matanya langsung melihat ke arah jam dinding di kamarnya. Jarum jam menunjukkan pukul 4 sore. Dia segera mengambil handuk dan bersiap untuk mandi. Setelah mandi dan berganti pakaian, Bugyamu mencari sesuatu dii dalam lemari pakaian. Namun dia tidak kunjung menemukannya. Secepat kilat, dia segera menuruni tetangga, menghampiri ibunya yang berada di dapur. Tercium aroma yang nikmat membuat perut Bugyamu langsung keroncongan.


"Wah, ibu sedang memasak ya? Baunya kok terasa banget. Pasti ibu sedang memasak ayam goreng ya?"
Ibunya tersenyum ketika Bugyamu berjalan mendekatinya.
“Tahu ajah kamu,” kata ibunya. “Oh ya, sore ini kamu nggak eskul karate?”
Bugyamu menganggukkan kepalanya.
“Seharusnya eskulnya dimulai pukul setengah empat. Aku bangun terlambat.”
“Jadi kamu tidak ikut karate hari ini?”
“Ya ikutlah, bu. Tetapi sedari tadi aku tidak menemukan pakaian karateku.”
“Lho, bukannya pakaian itu ada di dalam lemari pakaianmu?”
"Aku sudah mencarinya, bu. Tetapi aku tidak menemukannya disana.”
“Masa’ sih? Coba ibu cari dulu,” ibunya menyaring ayam goreng yang sudah matang dan mematikan kompor.

Bugyamu mengikuti ibunya berjalan ke kamarnya. Keduanya berusaha mencari pakaian yang dicarinya. Namun tidak kunjung ketemu. Entah kenapa tiba-tiba terbesit sesuatu di dalam pikiran Bugyamu. Dia menghentikan pencariannya.
“Bu, kok sedari tadi aku tidak melihat onee-chan?” tanyanya agak curiga.
"Jam tiga tadi kakakmu pamit pergi bertemu dengan teman-temannya,” kata ibunya sembari menyusun kembali pakaian-pakaian yang semula dikeluarkannya dari lemari.
“Teman-temannya?”
“Iya. Ibu harap dia tidak melakukan sesuatu yang aneh-aneh lagi. Hukuman dari kepala sekolah pasti sudah membuatnya jera.”
Bugyamu menghela nafas panjang. Dia menyadari kemungkinan-kemungkinan kecil yang telah dilakukan oleh kakaknya.

***

“Oke! Mari kita memulai gerakan straight punch! Bagus!” seorang pelatih mengomando gerakan-gerakan karate di depan murid-muridnya.

Semua murid mengikuti gerakannya. Pelatih itu mengamati gerakan-gerakan muridnya. Namun salah seorang murid yang berdiri paling belakang tampak membuatnya bingung. Pasalnya selama ini, murid itu selalu melakukan gerakan-gerakan yang benar dan paling bagus diantara murid yang lainnya. Pelatih itu berjalan mengelilingi murid-muridnya sambil tetap mengomando. Matanya tetap tidak lepas dari salah satu murid yang sedari tadi agak terlihat melakukan gerakan asal-asalan.

Upper cut! Yeaa.. knife hand! Good! Okay, sampai disini gerakan-gerakan yang kita pelajari. Sampai jumpa untuk minggu depan. Terima kasih.”

Para murid langsung bubar. Seorang anak laki-laki berjalan mendekatinya. Lalu dia berkata, “Kak Shou, ini bekal dari ibu saya. Beliau sengaja membawa ini sebagai ucapan terima kasih karena telah melatihku dengan baik.”
Pelatih itu menerimanya sembari tersenyum. Lalu dia membuka kotak bekal tersebut.

“Wah, isinya sandwich. Terima kasih, Subin. Kak Shou akan segera memakannya nanti.”

“Sama-sama, kak Shou. Sampai ketemu minggu depan,” pelatih yang bernama Shou tadi menganggukkan kepalanya sambil tetap tersenyum.

Setelah muridnya satu-persatu pergi, Shou mendekati salah satu murid yang diperhatikannya sedari tadi.

“Bugyamu-chan?” panggilnya. Namun orang yang dipanggil tidak berbalik sedikitpun. Shou pun berjalan mendekatinya. Terlihat muridnya baru saja meneguk air mineral. 

“Bugyamu-chan,” panggilnya lagi.

Dia segera memegang pundak orang tersebut. Akan tetapi orang tersebut langsung tersedak. Shou agak terkejut dengan reaksi muridnya. Setelah terbatuk-batuk, pemuda berambut cepak itu membalikkan badannya.

“Aih, Yamada Shou!” Shou mengerutkan keningnya.

‘Yamada Shou? Kenapa dia memanggilku tanpa embel-embel ‘kak’ seperti biasanya? Lalu kenapa suaranya tidak seperti suara Bugyamu yang aku kenal?’ Pemuda di yang berada dihadapannya langsung membungkukkan setengah badannya.

“Ah! Maksudku kakak? Terima kasih atas bimbingannya selama ini.”

“Suaramu..,”

“Ah, ya! Baru beberapa hari ini tenggorokanku agak serak. Sepertinya saya harus mengurangi minum es, khem!” dia terbatuk-batuk lagi. Shou menganggukkan kepalanya.
“Aku hanya ingin bertanya, apakah kamu agak kesulitan melakukan tekhnik-tekhnik tadi? Sepertinya aku tidak melihat Bugyamu yang seperti biasanya.”

“Ouch, jadi begitu. Terima kasih karena sudah jujur padaku. Aku akan berlatih lebih keras! Oke?!” pemuda itu memukul pelan pundak Shou. “Fighting!” lalu dia meninggalkan Shou dengan wajah cerah. Shou melihat kepergian pemuda itu dengan bingung.

“Biasanya Bugyamu selalu terlihat kikuk di depanku. Tetapi kenapa hari ini dia agak bersemangat?” kemudian dia memasukkan bekal yang dipegangnya ke dalam tas ranselnya. Sesaat dia mengingat sesuatu. Dia merogoh tas ranselnya dan menemukan kotak bekal yang kosong. “Aku lupa untuk mengembalikan kotak bekalnya! Bugyamu-chan!”

Shou segera berlari keluar. Dia melihat Bugyamu yang masih berdiri di pinggir jalan. Shou berteriak memanggilnya.

“Ini kotak bekalmu yang kemarin. Terima kasih ya. Ayam gorengnya enak sekali,” katanya sembari memberikan kotak bekal itu pada Bugyamu.

Namun Bugyamu tidak mengatakan apa-apa. Seseorang yang bernama Bugyamu itu hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala. Shou mengusap-usap rambutnya.

“Aku sangat senang karena hari ini melihat Bugyamu yang terlihat begitu bersemangat. Pemanasan yang tadi kamu lakukan juga bagus. Rasa semangat yang kamu tunjukkan sedari tadi membuatku ikut bersemangat juga. Tetap semangat ya, Bugyamu! Sampai jumpa minggu depan!”

Bugyamu melambaikan tangannya ke arah Shou yang menyebrang jalan. Bugyamu melipat kedua tangannya sambil tersenyum puas.

“Haruno, hari ini kamu melakukan yang terbaik,” katanya, berbicara sendiri.

“Onee-chan, aku hampir tidak percaya kalau kak Shou memujimu seperti tadi. Waow!” seorang anak laki-laki keluar dari balik pohon besar di dekat pinggir jalan. Wajahnya tampak senang.

“Aku kan sudah bilang kalau aku akan membuat sesuatu yang hebat!”

Anak laki-laki itu terlihat sedang berpikir sambil memegang dagunya.

“Hummbh, tampaknya aku juga harus mencoba sesuatu yang berbahaya seperti yang dilakukan oleh onee-chan.”

“Jadi kamu setuju?” keduanya saling mengaitkan jari kelingking.

“Setuju!”

~To bE cOnTiNuEd

0 komentar: